Rasanya sy pernah cerita di posting yang lalu-lalu kalo 2013 itu tahun yang penuh warna buat saya. Jujur, suasana hati saya naik dan turun berulang-ulang saat itu. Saya tidak pernah pacaran, dan bukan yang ingin pacaran juga. Sehingga beberapa ”proses” yang saya jalani, semuanya melalui perantara. Dan di tahun 2013, semua dari itu mendapatkan keputusan finalnya, bahwa ia tak bisa dilanjutkan. Baik yang dibantu oleh guru ngaji saya maupun oleh teman dan sahabat di sekitar. Patah hati? Ndak. Kecewa, iya. Banget, hahahaha.. Tapi tak ada jalan lain selain jalan terus. Saya juga tidak ingin berlama-lama. Entahlah, ada sedikit keyakinan dalam diri saya bahwa dengan apa yang saya alami, sepertinya tidak lama lagi akan ada kabar bahagia setelah ini. Entah dari mana keyakinan dan ke-sok-tau-an itu hehe..
Tidak lama setelah semua itu, Ramadhan tiba. Saya pun fokus pada doa-doa saya untuk meminta jodoh. Meminta jodoh pada Sang Pemilik, tanpa ada bayangan sama sekali siapa yang akan dikirimkan untuk saya. Saya hanya minta dibukakan pintu itu. Doa-doa ini sebenarnya sudah dari tahun-tahun lalu, tapi bisa dibilang lebih intens dan lebih ’melas’ di tahun ini. Melaaassss hahahaha..
Dan semuanya terjawab, 2 hari selepas Ramadhan. Di hari kedua lebaran, ada teman SMA yang datang silaturahim, yang akhirnya menjadi suami saya. Tuhan selalu menjawab doa kita dengan cara yang sangat cantik. Kitanya yang sering ngeyel dan tidak mau bersabar.