Review film lagi 😀 Btw akhir tahun ini banyak film bagus yak.
Saya ingat pernah me-review buku Habibie Ainun di posting sebelumnya. Makanya begitu buku ini kemudian difilmkan, rasanya sayang untuk dilewatkan dengan tidak menulis reviewnya.

Melalui garapan MD Entertainment dan Faozan Rizal sebagai sutradara, kisah cinta fenomenal Presiden ke-3 Republik Indonesia ini mulai tayang sejak 20 Desember 2012 kemaren.
Cerita diawali dengan kehidupan Bacharuddin Jusuf Habibie atau akrab disapa Rudi Habibie ketika menjalani pendidikan doktoralnya di Jerman. Saat pulang berlibur ke Indonesia, ia bertemu kembali dengan Ainun, teman sekolahnya semasa masih di sekolah menengah atas.
Habibie muda yang telah jatuh hati kemudian tidak butuh waktu lama untuk menyunting Ainun dan memboyongnya ke Jerman. Di sanalah mereka memulai kehidupan sebagai pasangan baru di negeri orang.
Sesuai dengan bukunya, film ini bercerita tentang perjalanan hidup Bpk. Habibie dengan didampingi oleh Ibu Ainun. Dan karena ini adalah novel biografi, tidak ada konflik yang berarti yang tercipta di film ini. Alur cenderung berjalan flat, selama kurang lebih setengah durasi film. Cerita baru mulai ”memanas” ketika adegan di tahun 95, saat penerbangan pertama pesawat komersil Indonesia, N250. Disusul dengan krisis moneter, sampai akhirnya beliau selesai menunaikan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia.
Selanjutnya cerita kembali ”adem” hingga akhirnya adegan yang sangat menyentuh ketika Ibu Ainun tutup usia.
Product Placement yang Mengganggu
Sebagai sebuah film yang based on true story, terlebih kisah hidup dari salah seorang bapak bangsa, sangat dipahami ketika sutradara sangat berhati-hati memvisualisasikan setiap scene. Menurut informasi bahkan setiap adegan harus melalui approval Bpk Habibie.
Yang justru dirasa mengganggu adalah beberapa merk sponsor yang beberapa kali muncul selama film ini berlangsung. Heran juga kok bisa iklan-iklan ini tidak dievaluasi pas proses editing. Tapi ya sudahlah, kayaknya sudah banyak jg yg komen soal ini (LOL)
This is the Real ”I love Indonesia”
Maafkan untuk membandingkan film ini dengan film yang saya review sebelumnya, 5 cm. But I have to say this. Jika di film 5 cm ada anak muda yang –mengaku- mencintai tanah air ini dan berjanji akan tetap mencintai Indonesia, maka di film Habibie Ainun kita bisa menyaksikan bukti nyata seorang anak bangsa yang mencintai negaranya. Habibie dengan mimpinya untuk membuat pesawat komersial pertama di Indonesia, harapan beliau untuk melihat bangsa ini mandiri.
Terlihat dari betapa ”patah hati”-nya beliau saat krisis moneter memaksa IPTN untuk berhenti beroperasi. Ini pun jg terdeskripsi dengan jelas di bukunya. Betapa beliau menyayangkan industri pesawat komersial di Indonesia akhirnya tidak berlanjut, dan pemerintah lebih memilih untuk impor pesawat. Entahlah saya benar atau tidak, tapi sepertinya saya meyakini bahwa tidak ada tendensi atau kepentingan pribadi dari diri seorang Habibie terhadap impiannya kepada bangsa Indonesia. Beliau hanya ingin melihat bangsa ini mandiri, itu juga karena beliau yakin kita punya potensi untuk itu.
Tentang hal ini, saya ingat kata Bapak saya ketika polemik di tahun 1999. ”Habibie itu orang teknik. Pikirannya lurus dan matematis. Beliau tidak memperhitungkan intrik-intrik politik, dan cenderung polos untuk itu”. Mungkin itu juga sebabnya mengapa beliau begitu legowo tidak lagi mencalonkan diri menjadi Presiden selepas LPJ-nya ditolak. Sederhana kata beliau, bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi menghendaki dirinya menjadi pemimpin bangsa ini. Habibie mengakhiri masa kepemimpinannya dengan sangat manis.
Wajarlah kalo sy bilang, film ini berisikan cerita cinta. Bukan hanya cinta Habibie dan Ainun, tapi juga kecintaan Bpk Habibie kepada bangsa Indonesia. Salut untuk sutradara yang tetap dapat menyelipkan pesan ini di antara romantisme Habibie-Ainun (applause)
Dan, bagian paling menyedihkan di antara semuanya adalah ketika akhirnya Ibu Ainun meninggal karena penyakit kanker ovarium yang dideritanya. Saya tak dapat menahan airmata ketika menjelang Ibu Ainun wafat, Bpk Habibie lirih berucap
”Ya Allah, terima kasih Engkau telah lahirkan saya untuk Ainun, dan Ainun untuk saya”
So heartwarming :’)
And yes, all the appreciation for Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari untuk akting yang sangat menawan (worship)
Sudah dari Minggu lalu kakak saya maksa nonton film ini, kata orang-orang bagus. I just need to prove it myself, Besok nonton ah :D. Nice review illa
k’iLLa…
saya sempat berkaca-kaca pas baca reviewnya..apalagi liat gambarnya 🙁 *ambil tissue*
nice review, jd pengen nonton 🙂
hiks, pgn bgt nton sm my husband tp dia lg sibuk2nya:-(
Habibie ainun sosok pnh inspirasi dlm berbagai hal.perannya yg besar dlm semangat khdpn untuk bapak habibie sngt mmbkas dlm ingtn.perjlnan khdpn mrka bgtu lurus
Cinta mrka tlus,bapak sngt mnyngi ibu smp beliau wafat.saat mnyksikan cuplikan beliau dtg ke makam ibu dan mengusap nisan,hati sy bnr2 seakn mrskn ksdhn Dan disana terlht btp sjtix anugrah cinta bg bapak dan ibu
Baru kali ini sy nntn film yg bnr2 buat sy nangs,dan rata2 smua uh nntn 1 bioskop dg sy kluar dg mata sembab.
Masih kurang puas *lah kapan puasnya saya??*… Scene2 di awal agak terpatah2, semisal Habibie yang TBC terus maksa nulis dari kasur *padahal bagus, tapi saya ya biasa aja gitu”..
Habibie is Indonesianis, dan dia tetap bangga menjadi seorang Indonesia dengan segala carut-marutnya.. itu pesan film ini yang suka.
Reza dan BCL? Hmm no komen yak *berasa penting banget ini komen haghaghag*
buat review juga nih ka 🙂
http://islampos.com/2013/belajar-dari-habibie-ainun/
akhirnya berhasil nonton pilem ini sama misua, lumayan keren lah…
Akting reza Rahadian excellent, tp kenapa di film kok rasanya Pak Habibie ditampilkan agak sekuler ya?kayak nda ada sisi religiusnya sama sekali…
*ato perasaankuji?*
sukses nonton film ini sabtu kemarin dan yep keren!!!
berasa sayang dengan orang-orang seperti beliau… sayang tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk membangun bangsanya sendiri
yah .. saya pikir saya saja yang terganggu dengan iklan terselubung 😀 …
jujur belum bisa diterima akal sehat saya reza sama bcl jadi habibie dan ainun hehehe terlebih lagi scene-nya mendeskripsikan ketika habibie berumur uzur … Saya mau kalau saya tua nanti seperti Reza (LOL)
Dan inilah film yang bisa tayang di 3-4 layar dalam satu bioskop. Dan hingga hari ini film ini masih bertahan tayang di bioskop. Bangga punya tokoh seperti beliau.
Nice review iLLa 🙂
filmnya bagus banget…
sipp gk nyesel nonton film ini Q sdh 2x nonton tp tetap seru saja
keren banget filmnya… lucu, dan terharu