Saat itu ba’da maghrib. Ketika grup WA sudah ramai dengan kabar gempa dari Palu. Tak lama salah seorang teman kami nyahut. Erika. Katanya stress karena baru siang tadi keluarga besarnya menuju Palu untuk acara pernikahan keluarga. Kedua orang tua, 2 kakak perempuan, kakak ipar dan 2 keponakan. Dan saat itu dari mereka belum ada satupun yang bisa dihubungi.
Tak lama kabar berikutnya. Tsunami menerjang Palu.
Allahu Akbar. Walau hanya dari hape, suasana mulai terasa mencekam. Palu sangat dekat dari Makassar. Tak lama berita mulai bermunculan dari tivi. Mengkonfirmasi kebenaran video amatir yang beredar yang menggambarkan dahsyatnya tsunami.. T___T
Keesokan harinya. Dapat kabar bahwa kakak ipar dari teman kami Erika sudah ditemukan meninggal. 2 kakak perempuan dan ponakannya selamat. Alhamdulillah.
Tapi kedua orang tuanya belum ditemukan. Mewek lagi T___T
Satu per satu berita lain mulai bermunculan. Tentang longsor di Palu. Tentang amblasnya satu kampung. Tentang korban-korban lain. Allahu Rabbi.. tidak hanya gempa ternyata.
Hari berikutnya. Tetap belum ada titik terang tentang keberadaan orang tua Erika. Kami semakin kalut. Dan sedihnya… tak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan dan menguatkan Erika saat itu. Ditambah lagi sempat ada kabar menggembirakan bahwa sudah ditemukan, namun ternyata itu Hoax. Ya Allah..
Hari ketiga, keempat, kelima.. tetap tak ada kabar.
Entah bagaimana perasaan Erika dan keluarga saat itu. Jujur, harapan saya mulai pupus. Walau masih berharap keajaiban, namun hati kecil lirih berujar untuk berpikir realistis. Satu per satu korban ditemukan, sebagian besar tak bisa diselamatkan.
***
Apa yang dirasakan Erika saat ini? Setiap mulai memikirkan itu, pelupuk mata saya kembali memanas. Ya Rabb, kuatkan teman kami. Berikan keajaiban..
Orang-orang mungkin mulai lupa. Beralih ke kabar kerabat yang lain. Memperhatikan cerita dari korban yang berhasil selamat.
Tapi setiap malam, setelah semua seliweran berita, pikiran saya tetap ke Erika dan kondisi perasaannya. Mungkin karena ia teman kami. Hampir setiap hari kami berinteraksi.
I can’t say that i feel her feeling. Nope. Tidak ada yang bisa merasakan sedalam apa duka dan kekalutan di diri Erika dan keluarga. Kehilangan kontak dengan dua orang tersayang. Berhari-hari berada dalam ketidakpastian.
***
Jumat pagi. Sepekan setelah musibah itu. Ketidakpastian itu akhirnya menemui ujungnya.
Tim Basarnas berhasil mengevakuasi orang tua Erika, dan sudah dikonfirmasi oleh keluarganya yang ada di sana. Tidak berhasil diselamatkan T__T namun setidaknya jasadnya bisa ditemukan.
Siang itu juga kedua orang tua Erika dimakamkan di Palu. Duka itu menjadi semakin nyata. Tak ada harapan untuk keajaiban.
***
Selain Erika masih ada ribuan orang dengan duka yang sama. Kehilangan orang-orang yang dicintai. Kehilangan tempat tinggal. Timeline beranda FB dipenuhi dengan cerita sedih. Betapa kita semua berduka dengan ujian ini.
Sudah terpahamkan dengan baik, bahwa ujian Allah tak akan melebihi kemampuan hamba-Nya. Dan ada hikmah besar dari semua rentetan ujian ini.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil pelajaran darinya.
***
Writing is healing. Berhari-hari membahas tentang duka Palu dan kesedihan teman kami. Tiap saat itu pula saya berusaha keras untuk tidak menangis di kantor T__T and I need to write it all to heal my self.
Ya Allah, saya bacanya ikut sedih.. Semoga seluruh korban diampuni dosanya dan diterima amal ibadahnya… Dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan
Semoga seluruh korban diampuni dosanya dan diterima amal ibadahnya… Dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan