Buku, Review

Review Buku : Embun di Atas Daun Maple

Tau gak daun maple kek apa? Tau kan tau kan? Saya enggak soalnya hahaha.. *ditabok

Sebenarnya sudah pernah liat review buku ini di blognya kang Iman Sulaiman. Penulisnya Hadis Mevlana. Tapi abis itu saya nyari di toko buku kok ndak pernah nemu ya. Sampe akhirnya saya lupa, dan tergantikan sama buku lain.

Nah, beberapa waktu yang lalu kang Iman ini share status di laman FB-nya dia, menawarkan kepada emak2 rempong Ibu rumah tangga yang bersedia membaca dan mereview buku ini. Duh, ya jelas saya maulaah. Sy nyari gak nemu2 tiba2 dikasi kesempatan gini kan jarang2 bok. Plus, ditambah lagi waktu itu fotonya berlatar dek Hamas bhahahaha. Itu lohh pemeran mas Gagah di film Ketika Mas Gagah Pergi. Yang bisa bikin kita lupa sama patah hati gegara Fedi Nuril nikah.. *eh

Udah. Kembali ke buku ini.

Embun di Atas Daun Maple.

maple

Adalah Muhammad Sofyan Al-Farisi, tokoh utama dalam buku ini. Seorang pemuda asal Indonesia yang sedang bersekolah di negeri Kanada. Adegan di buku ini dibuka dengan puisi manis karya Sofyan, yang berlanjut dengan perkenalannya dengan tokoh Kiara. Kiara adalah seorang perempuan blasteran Aceh-Rusia dan penganut Orthodox. Dengan Kiara-lah kelak nanti Sofyan akan banyak berdiskusi tentang agama masing-masing. Tentang perbandingan isi Al-Quran dan Alkitab. Kiara ini diceritakan sebagai sosok yang kritis, namun tetap santun. Banyak menanyakan hal-hal yang tak terduga kepada Sofyan. Dan uniknya lagi, dia juga tahu beberapa isi dari Al-Quran.

Iya nih, buku ini agak sensitif pembahasannya. Tapi jangan membayangkan diskusi yang alot dan ribet. Diskusinya sih santai dan adem. Terlalu adem malah (LOL) tapi selalu ada penyelesaian di setiap sesi diskusi itu.

Taapiiii, jangan takut bosan. Buku setebal 286 halaman ini gak mungkinlah melulu hanya pembahasan soal agama saja. Ada cerita lain, apalagi kalo bukan kisah cinta-cintaan anak muda (LOL)

Jadi selain Sofyan dan Kiara, tokoh lain itu ada Felix teman apartemennya Sofyan, kakak beradik Fritz dan Olivia, Zahra tetangga apartemen Sofyan, dan masih ada beberapa lagi. Dan dari sekian tokoh itu ada yang diam-diam suka sama Sofyan. Trus Sofyan sendiri sukanya sama siapa?

Bacaaa sendiri sajaaaaaa.. (haha)

***

Selesai membaca buku ini ada beberapa hal yang rasanya perlu saya catat.

Pertama. Bagi kita yang Muslim, iya kita harus bersyukur terlahir dengan agama Islam. Kita tidak perlu mengalami perjalanan yang sulit untuk menemukan Islam. Bayangkan teman-teman kita yang Muallaf. Ada yang sampai harus terusir dari rumah, dari lingkungannya saat ia memutuskan untuk memeluk agama Islam. Kita yang terlahir Islam, tidak perlu mengalami semua itu.

Nah, nikmat inilah yang kadang melenakan kita. Kadang kita merasa tak perlu ekstrim2 amat dalam beragama. Asalkan menjalankan kewajiban shalat, puasa, zakat. Cukup. Tidak perlu mempelajari Al-Quran dan makna yang terkandung di dalamnya.

Kalo semua kita kayak gitu, siapa yang akan menjadi jalan untuk orang lain menemukan Islam?

Inilah yang dicontohkan dari sosok Sofyan di buku ini. Berani berdiskusi topik agama dengan penganut agama lain. Dan dia tidak akan seperti itu jika ia sendiri tidak mendalami Al-Quran. Tidak berusaha memahami setiap yang tertulis dalam Al-Quran.

Duh, jadi malu sendiri nulis ini.

Kedua. Buku ini banyak dihiasi puisi romantis bookkk.. uwuwuwuuu.. Puisinya manis-manis, bahasanya ringan tapi dalem hihii.. Saya yg suka puisi tapi tak bisa bikinnya jadi cukup terhibur dengan puisi puisi ini. Salah satu yang paling saya suka itu puisi yang ini..

Tuhan
Beginikah cinta?
Bimbing aku menerjemahkan rasanya
Karena aku malu jika menggundahkan hati-Mu

 

Mungkin sekilas biasa saja. Tapi kalo teman temin membaca buku ini dari awal bakal terasa feel dari puisi itu. Tsaahhhh… Sebenarnya masih ada lagi sih puisi yang pengen sy kutip tapi takutnya malah jadi spoiler cerita hehehe..

Penasaran sama novelnya?
Silakan munghubungi penulisnya langsung yaaa
Facebook : Hadis Mevlana
Twitter : @hadismevlana

***

Silakan cek juga review Ceu Ratu di sini yaa >> Embun di Atas Daun Maple
Abis baca review ceu Ratu saya baru tau kalo bendera Kanada itu pake lambang daun maple bhahahahha.. pelajaran geografi saya parah sis. (lmao)

5 Comments

  1. Ahhhhhh makasih aku disebut2. Iya, novel ini agak sensitip sih ngomong in ttg agama, makanya aku bingung gimana menjabarkannya, jadilah resensinya singkat saja. Ahahaha
    *kayanya besok ga dipercaya lg nih bikin resensi lanjutannya. Huahaha
    Nice review sis

  2. Akupun baru tau pas baca novel ini. Dan berdasarkan asumsiku sendiri. Eh tapi kalo bukan daun di bendera Kanada, mungkin bukan daun maple judulnya. Iya kan? Ahahaha

  3. novel baru nih mas (y)

  4. Habis baca reviewnya jadi pengen baca, hihi, pemahamanku tentang agama juga gitu awalnya, yang biasa-biasa aja lah. Nahh, salah banget, ilmu masih cetek ga tau apa2 gimana mau jadi muslim yang baik? Harus banyak belajar nih..thanks review bukunya ya 🙂

  5. kasih info dong klo mau beli buku ini di mana ya,
    saya sudah cari-cari di toko buku di kota saya tapi semua toko bilang stok kosong.
    atau bisa beli online ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *