The Day..

1 Nopember 2013.

Pagi itu, jantung sy rasanya jumpalitan gak karuan. Meennnn, dalam beberapa jam ke depan setatus bakalan berubah. Akan jadi istri orang. Tugas dan tanggungjawab baru mau gak mau harus dijalani. Tidak bisa lagi seenak udel hati mau kemana-mana. Tidak bisa lagi sebebas sebelumnya. Ada seorang laki-laki yang bertanggungjawab penuh atas setiap yg sy lakukan. Dia akan kena imbasnya jika sy tergelincir berbuat yg tidak baik. Dan sy jadi mules memikirkan semua itu.

Tapi gak keliatan juga sih kalo sy deg-degan. Di luar, sy tetap keliatan kalem dan biasa-biasa sj B-) *hoek

Jam 6.00 pagi sy sudah selesai mandi dan siap sarapan. Sy kheseus minta ke Ibu untuk disuapi makan waktu sarapan itu huahaha.. nanti kalo udah nikah belum cencu bisa makan disuap sm Ibu. Jadi puas2in gitu ceritanya hihi..

Abis sarapan, yg mau mendandani sy sudah datang. Sekitar 1 jam lebih wajah sy dipermak dan dimodel jilbabnya. Hasilnya? Kata orang2 sih manglingi hihihi.. kayak bukan sy katanya. Mudah2an sih lebih cantik yaa 😀 *geer*

Pukul 09.40 iring-iringan calon pengantinnya datang. Lebih cepat dari yang diperkirakan. Waktu itu kita masih sibuk pepotoan di kamar. Tiba-tiba dapat info dari luar kalo sudah datang. Huwikk.. cepat amat.

Pukul 10.00 tepat acara dimulai. Sy mulai konsentrasi, mengikuti acara yg ada di luar. Kerna sy di kamar, sy hanya bisa mempertajam pendengaran sy. Sambil banyak-banyak berzikir, dan memperbaiki perasaan. Ini detik-detik yg mendebarkan euh. Apalagi buat yg bakal mengucapkan ijab qabul di luar.

..dan sayup2 terdengar suara dia. Lebih pelan dari penghulunya.

”Saya terima nikahnya Nurfadhilah Nurdin binti Nurdin dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas 20 gram tunai karena Allah”

…..

Cess.. rasanya ada sudut hati yg lega saat mendengar kata ”Sah..!” dari luar sana. Gak lama kemudian kakak perempuan sy muncul di pintu kamar dengan mengacungkan jempolnya, tanda OK. Antara pengen nyilem, pengen nangis dan pengen lari meluk Ibu saat itu.

Tidak lama kemudian pintu kamar dibuka. Dia muncul (mungkin) sambil senyum malu-malu. Orz, saya tidak berani mengangkat muka saya soalnya. Maaluuu.. Laki-laki ganteng yang ada di pintu itu sudah jadi suami saya sekarang.

Akhirnya dia ditemenin oleh salah seorang pamannya menuju ke saya, untuk prosesi pasang cincin. Saya mencium tangan dia, dan dia mencium ubun-ubun saya. Jangan tanya gimana rasanya.

Saya yg biasanya heboh gak ketolong jadi harus jaim kemana-mana. Itu saja Ibu saya berulang kali negur saya kalo tingkah saya udah “ndak kayak pengantin” bhihihik..

…

Sesaat kemudian reriuhan suara keluarga besar kembali membawa saya ke alam nyata, bahwa prosesi acara ini masih berlanjut sampai malam.

Dan dilanjutlah acaranya. Foto-foto, Mapparola (ngunduh mantu), dan resepsi malam. Selesai. Makkapponi gau’e.

***

TWTFH syudah mau habis. Seri #7 yang akan datang bakal jadi penutup. Semoga cerita ini bisa membawa manfaat, setidaknya buat kami berdua. Bahwa kami punya awal cerita indah yang selalu menakjubkan saat dikenang lagi.. #terharu