Tahi lalat kecil di kulit wajah yg putih akan tampak terang benderang..tp tahi lalat besar di kulit wajah yg hitam takkan terlihat jelas..
Kalimat itu saya liat dari akun seorang teman yg me-retweet status dari Ust. Anis Matta.
Beberapa tahun sebelumnya, saya ingat Ayah saya pernah mengisi sebuah acara yang berisi pengarahan untuk para Guru. Kurang lebih di pidatonya, Ayah saya mengatakan bahwa sosok guru adalah ibarat orang2 yang memakai baju putih. Sedikit saja noda yg terkena, akan sangat mudah terlihat, bahkan dari jauh sekalipun. Pesannya, agar para guru selalu menjaga sikap dan perilakunya, karena sosok seorang Guru –saat itu- memiliki tempat yang terhormat bagi masyarakat, sosok seorang Pendidik.
Sedikit menghubungkan dengan kejadian heboh beberapa waktu yang lalu.
Tentang seorang anggota DPR yang tertangkap oleh kamera wartawan sedang membuka file yang berisi pornografi, ketika sidang paripurna sedang berlangsung.
Berbagai hujatan, cacian terlontar untuknya, dan kepada Partai Keadilan Sejahtera, partai tempat beliau bernaung. Disebut bermuka dua, palsu, bahkan ada tweet yang jelas2 menuduh ia dan orang2 di partainya adalah orang2 munafik. Ck,, saya ngeri membacanya. Betapa mudahnya orang2 untuk me-munafik-kan yang lainnya.
Bahkan ketika beliau akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai anggota DPR, hujatan itu tak berhenti mengalir. Disebut sok suci, sok ksatria, dll.
Partai Keadilan Sejahtera, selama ini memang terkenal lantang dalam menyuarakan diri sebagai partai dakwah. Secara tegas memposisikan diri berada dalam garis perjuangan Islam. Jadi ketika ada salah satu anggotanya yang berbuat khilaf –walaupun saya tidak tau betul detail kejadiannya- berbagai telunjuk tudingan spontan terarah pada barisannya.
Trivia : apakah ketika anggota partai lain yang berbuat demikian, tudingan juga akan sedemikian dahsyatnya?
Tidak perlu memperdebatkan pertanyaan trivia itu.
Arifinto dan PKS, mungkin banyak yang menganggap mereka mewakili para sosok putih. Sehingga sedikit saja kesalahan terbuat, akan nampak dari mana-mana. Begitulah, setidaknya menurut saya dan mungkin itu juga maksud dari tweet Ust. Anis Matta itu.
Pilihannya sekarang, di bagian mana kita berada dan ingin berada?
Beberapa mengatakan, lebih baik menjadi orang yang biasa2 saja, tapi juga tidak berbuat yang jelek2 amat.
Apakah maksudnya, kita ingin menjadi bagian yang berwajah hitam, sehingga jikapun ada –semoga tidak- kotoran yang hinggap, ia tidak akan terlalu terlihat?
Apakah kotoran yang hinggap di wajah orang lain yang selama ini kita anggap putih, menjadi alasan bagi kita untuk sepenuh hati menghujatnya? Sungguh, saya miris melihat berbagai komentar yang ada. Seolah tidak ada ruang untuk manusia berbuat salah. Saya tidak bermaksud membela atau membenarkan kesalahan itu, tapi tidakkah kita bisa menilai dengan lebih proporsional?
Atau, jika kita masih sempat menulis komentar yang berisi hujatan terhadap orang lain, mengapa tidak kita gunakan waktu itu untuk banyak berkaca dan memperbaiki diri sendiri? Kita tidak tau siapa yang paling baik di antara kita. Untuk itu, bukankah lebih elok jika kita sibuk membaikkan diri sendiri ketimbang sibuk menuduh orang lain munafik?
Ahad Putih
Diantara berbagai cacian dan tudingan itu, PKS mengadakan perhelatan Milad-nya yang ke-13, di Gelora Bung Karno tanggal 17 April 2011 kemarin. Biidznillah, saya melihat jadwal Milad itu sehari sebelum saya berangkat ke Bandung untuk urusan dinas kantor. Dan saat itu juga saya memutuskan untuk ke ibukota selepas acara di Bandung, untuk menghadiri Milad ini. Dalam hati saya tetap berdoa semoga tidak ada hal2 di luar rencana yang bisa menghalangi saya menghadiri Milad ini. Sungguh, saya ingin merasakan kembali ghirah itu, saya ingin menikmati setiap getaran yang dihadirkan dari gemuruh takbir di mana-mana.
Terlebih lagi ini adalah saat-saat yang tidak bisa dikatakan kondusif untuk PKS. Hanya beberapa waktu setelah kasus Arifinto. Hujatan itu masih jelas terdengar.
Dan Alhamdulillah, Allah mengijinkan saya untuk menyaksikan putihnya Gelora Bung Karno, di Ahad kemarin. Subhanallah… saya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ratusan ribu massa mungkin memang tidak memberikan pembenaran atau jawaban apapun, tapi setidaknya kami masih memiliki harapan, bahwa di tengah sinisnya keadaan sekitar, masih ada yang tsiqoh dengan jamaah ini.
Mengenai orang-orang yang kecewa, sinis, apatis, kami percaya bahwa itu adalah sebuah Sunnatullah. Bahwa akan ada yang datang dan pergi. Tidak ada yang bisa memastikan seseorang itu akan bertahan pada sebuah jamaah atau tidak. Hanya, yang pasti, dengan atau tanpa kita, dakwah akan terus berjalan, apapun bentuknya. Hanya kita saja yang tidak tau apa kita masih berada di dalamnya atau tidak.
Begitulah, PKS memang (hanya) sebuah partai dengan perolehan suara kurang lebih 7% di Pemilu 2009 kemarin. Itu yang nampak. Namun yang sebenarnya, ini adalah sebuah jamaah dengan kekuatan yang bersumber dari Allah SWT. Dengan keyakinan itulah PKS tetap ada, dan tetap akan bekerja untuk Indonesia. Insya Allah, dengan izin Allah.
Maka, selamat mensyukuri Milad yang ke-13 untuk Partai Keadilan Sejahtera (worship)
Wallahu ’alam bisshawab.
mantab…
pertama……
nice post;)…..semangat selalu sist;)
wew, kalo soal politik eke no komen deh…
eh, sudah ganti foto ternyata…jelasmi tawwa mukanya, hihihi (ninja)
biarlah Allah yg akn mnunjukkan kebenaran adalah kebenaran, jika PKS hny kendaraan, maka org2 yg didalamnyalah yg berjuang dg sebenar2 genggaman pd Allah dn rasulNya. Smg materi Al Wala wal Bara gak diabaikan bgtu saja, PKS thdp pemerintah yg parah, dan kader terhadap pemimpin… Mau dibawaa kemanaa hubungan kitaa.. 😀
selamat milad ke-13.. masuk usia baligh 😀
waw postinganmu keren bgt mbak…. 😀 btw, selamat ulang tahun yang 13 🙂
Subhanallah… paparanmu keren Bu. (rock)
Kira-kira paparannya kali ini sama dengan perumpamaan Rusak susu sebelangga karena nila setitik.. Untuk Partai PKS selamat ulang tahun, semoga kedepan semakin jaya dan istiqomah dengan tujuannya.. 🙂
figuristik dan meneladani itu beda…. keep on istiqomah
ini alasan sy selalu mampir kesini. ada aja bahan untuk direnungkan 🙂
sepakat dgn frenavit “karena nila setitik rusak susu sebelanga”. mungkin peribahasa itu melekat erat pada diri org Indonesia sehingga tiada maaf bagi “orang putih” untuk sebuah kesalahan kecil sj…
yg pasti perlu koreksi diri juga jgn smpai kesalahan kecil orang lain bgtu mudah ditemukan sedangkan kesalahan diri sendiri (bahkan lebih besar) tidak kita sadari
ada peribahasanya juga tuch 🙂
itulah susahnya mejadi figur publik….seakan akan kita tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apapun…bukankah ga ada yang sempurna dalam dunia ini kecuali haq…
subhanallah, ukhtiku yg satu ini mmg selalu blak2an kalo bersuara. kusuka gaya loe, ces^_^
ttp istiqmah ya say
setiap orang memang berhak menentukan pilihan dan bila telah memilih hendaknya konsekwen dengan pilihannya itu. oya, makin tinggi tempat berdiri seseorang makin terlihat oleh orang lain baik buruknya… jadi mari kita selalu berhati-hati… *halah…opo to iki??? hehe…*
PKS memang lagi diderap masalah akhir-akhir ini
memang lebih baik dan benar jika apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang diakatakan… semoga PKS tetap berjalan sesuai tujuan awalnya, Teman Saya pernah bilang bahwa orang yang ucapannya tidak sama dengan yang dilakukannya sama dengan munafik
nice post kanda,.. ^_^
walau didera dengan berbagai permasalahan yg ada,, keep hamasah bekerja untuk Indonesia,.
Allahu Akbar
Subhanallah
Banyak putih mengunjungi kedai sahaja kami
Bahkan saat mereka rapat umumnya memesan mie kami
Moga saja putih tetap putih
Seindah putih di 1998/ 1999 🙂
partai memang cuma kendaraan mbak, karena prilaku seseorang yang buruk bukan cermin kelompok tertentu, tapi cermin pribadinya sendiri. sehingga tidak benar jika sampling kesalahan individu untuk memposisikan suatu kelompok salah semua. hehe, setau saya itu, afwan jika salah.
dari dulu saya sudah memantapkan pilihan saya untuk tidak memilih, saya tidak percaya partai politik