Bismillahirrahmanirrahim..
Sang Pencerah. Akhir2 ini beberapa media masih ramai membahas tentang film ini. Berbagai review tentang film ini pun sudah dapat dijumpai di mana-mana, dengan persepsi masing-masing.
Tulisan di bawah ini tidak dimaksudkan untuk mereview film tersebut. Lebih kepada catatan (yang ternyata) panjang tentang segala hal yg berseliweran di otak. Sesuai dengan judulnya, tentang Ahmad Dahlan, Muhammadiyah, dan film Sang Pencerah.
1. Mungkin sudah pernah kita pelajari di pelajaran SD dulu, bahwa Ahmad Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah, salah satu Organisasi kemasyarakatan di Indonesia, selain Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai ormas yg concern terhadap bidang pendidikan dan sosial, Muhammadiyah sudah cukup membuktikan eksistensinya. Ratusan sekolah, perguruan tinggi, panti asuhan, rumah sakit, dan layanan sosial lainnya tersebar di pelosok negeri. Fyi, data rinci tentang ini ditampilkan di bagian akhir dari film Sang Pencerah. Silakan menyaksikan sendiri 🙂
Ribuan kader pun menjadi tolak ukur betapa Muhammadiyah tidak bisa dinafikan sebagai sebuah organisasi yg besar. Juli 2010 kemarin, Muktamar Muhammadiyah diadakan di kota tempat didirikannya, Yogyakarta, dan sekaligus memperingati 1 abad kelahiran ormas ini. Ribuan kader berdatangan dari berbagai daerah memenuhi Stadion Mandala Krida Yogyakarta, lokasi tempat Muktamar ini berlangsung. Salut.
Pelajaran moral : Semua keberhasilan dan capaian yg telah diraih Muhammadiyah ini memang tidak pernah disaksikan oleh pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan. Semuanya terjadi puluhan tahun setelah ia meninggalkan dunia. Tapi lihatlah, sejarah tetap mencatatnya sebagai salah satu tokoh terbaik yg dimiliki bangsa ini. Dan semoga ini menjadi amal jariyah bagi beliau.
Ini mengajarkan kepada kita, bahwa semua cobaan dan ujian dalam berjuang tidak selayaknya menghentikan kita dalam meneriakkan kebenaran. Seperti yg digambarkan dalam film ini, seandainya Ahmad Dahlan memilih untuk menyerah ketika Langgarnya dirubuhkan, dan ketika keluarganya mencemooh setiap apa yg beliau sampaikan, tidak akan ada Muhammadiyah. Tidak akan ada para pembaharu. Dan –mungkin- bisa jadi akan semakin banyak orang yg tersesat dalam ajaran syirik yg mengatasnamakan Islam.
2. Sy dibesarkan dalam lingkungan Muhammadiyah. Kedua orang tua sy adalah pengurus Muhammadiyah dan Aisyiyah di daerah sy. Sy sendiri semasa SMA pernah mengikuti beberapa tahap Training yg diadakan oleh Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM).
Namun tanpa mengecilkan arti Muhammadiyah, sy ingin mengatakan bahwa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi. Emm… bagaimana ya membahasakannya? Mungkin pernah kita mendengar tentang perbedaan pendapat antara Muhammadiyah dan ormas lainnya. Paling sering tentang penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal 😀
Walaupun agak miris, kita tetap harus menerima ini sebagai sebuah kemestian. Jangankan saat ini, hanya beberapa tahun pasca wafatnya Rasulullah, perpecahan itu sudah ada. Namun menurut sy, yg tidak boleh adalah merasa menjadi yg paling benar akan suatu perkara, dan menganggap salah mereka yg tidak sepaham dengan kita. Terlebih jika bersikap fanatik dan berlebihan terhadap suatu organisasi atau jamaah, dan menyalah2kan yg lain.
Kita –umat Islam- adalah bersaudara. Organisasi atau jamaah hanyalah jalan untuk melakukan kebaikan agar lebih terstruktur. Perkara jalan yg ditempuh itu berbeda2 untuk setiap organisasi atau jamaah, -bagi saya- tidak masalah. Sepanjang tujuan kita sama, yaitu menggapai Ridho-Nya. Sy berharap, organisasi Islam di Indonesia bisa berjalan beriringan, dan tidak terpengaruh provokasi pihak yg ingin menjatuhkan Islam.
Ini yg semestinya dipahami oleh kader2 Muhammadiyah. Agar tidak terpaku pada fanatisme golongan. CMIIW
3. Sy sangat kaget ketika mendengar selentingan kabar –yg kurang baik- tentang pemain dalam film Sang Pencerah. Sy tidak berani berkomentar apa2 tentang hal ini. Selain karena kabar tersebut tidak –atau belum?- dikonfirmasi langsung pada yang bersangkutan, sy takut terjebak fitnah. Betapa pun katanya berita tersebut berasal dari sumber yg dapat dipercaya. Wallahu ’alam.
Melihat berbagai komentar2 yg berkembang beberapa waktu belakangan ini, sy kemudian mengamati beberapa hal
Ingat film Ayat2 Cinta? Film yg juga karya Hanung ini menuai beberapa kritikan, salah satunya karena pemilihan pemeran untuk tokoh dalam ceritanya. Beberapa mengatakan pemeran itu semestinya adalah orang yg dianggap bisa –atau setidaknya menghampiri- memberi teladan yg baik, juga dalam kehidupan nyata. Pertanyaannya, siapa orang tersebut? (hassle)
Hal ini yg kemudian dijawab oleh tim film Ketika Cinta Bertasbih. Mereka all out dalam mencari pemeran yg betul2 sesuai dengan karakter di novelnya. Audisi dilakukan di beberapa kota, bahkan sampai dikarantina pula. Kalo tidak salah juga ada CCTV yg dipasang di lokasi karantina tersebut. Apa kritikan jadi hilang? Tidak. Beberapa yg lain kemudian mengomentari akting para pemain baru tersebut. Tidak natural, ekspresinya berlebihan, dll dll. Begitu pula ketika film ini dibuat dalam 2 seri, persis seperti novelnya. Semakin parah ketika ia berlanjut di sinetron, Ramadhan kemaren.
Pertanyaan sy adalah, kenapa ya orang2 sepertinya terlihat sangat gemar berkomentar, bahkan mengkritik film2 Islam?? Ironisnya, komentar itu justru datang dari orang2 yg sy tau kadar keislamannya cukup baik. Jika komentar dan kritikan itu tetap diiringi dengan apresiasi yg sesuai, oke. Jika tidak? Hanya sekedar berkomentar ”ah, film Islam koq gitu” lantas berlalu tanpa ada solusi apa pun?
Terlepas dari kekurangan yg pastinya akan selalu ada pada setiap karya seseorang, tidak bisakah kita melihatnya sebagai suatu usaha untuk memperkenalkan Islam dengan lebih baik? Di luar sana masih banyak masyarakat yg pengetahuannya tentang Islam sangatlah minim. Mereka jarang tersentuh dengan dakwah Islam melalui ceramah di masjid atau di pengajian2. Lantas ada saudara2 kita yg lain, yg kapabilitasnya adalah dalam ruang sinema, mencoba menyuguhkan tontonan yg lebih baik dari yg kebanyakan sudah ada. Bukankah itu cukup menggembirakan? Poin ini yg selalu sy jadikan semacam reminder ketika menilai suatu karya seseorang.
4. Lantas, pendapat sy sendiri tentang film Sang Pencerah ini? Emm.. dari awal ketika melihat di iklan2 bahwa film ini akan segera tayang, sy memasukkannya dalam daftar film wajib tonton. Pertama karena mengangkat tokoh Muhammadiyah, dan kedua karena sutradaranya adalah Hanung Bramantyo. Sebuah jaminan tersendiri buat sy bahwa filmnya pasti akan bagus. Namun tidak seperti ”persiapan” sy ketika akan menyaksikan Sang Pemimpi (dengan membaca ulang novelnya) atau ketika sangat penasaran mengapa film Hachiko sukses membuat kebanyakan orang yg menyaksikannya berurai air mata, untuk film ini sy mengosongkan pikiran sy. Sy tidak ingin berharap terlalu banyak bahwa keseluruhan film ini adalah baik atau apapun. Sy hanya ingin melihat dan sedikit belajar bagaimana sosok pendiri Muhammadiyah ini digambarkan dalam sebuah cerita film. Karena jujur, walaupun banyak orang2 Muhammadiyah di sekitar sy, tidak banyak yg sy tau tentang Ahmad Dahlan. Hanya bahwa beliau pendiri Muhammadiyah, that’s all. *memprihatinkan ya?*
Hasilnya? I do enjoy the movie. Pesan2 disampaikan dengan kreatif, tanpa bermaksud menggurui. Sekali lagi, Lukman Sardi cukup bagus menjalani perannya sebagai tokoh sentral di sini. Pun dengan ilustrasi musiknya. Setiap back sound terasa pas di setiap scene. View kota Jogja tempo dulu pun menjadi suguhan manis di sini.
Dan, di atas semua itu, betapa sy belajar tentang `perjuangan` seorang Ahmad Dahlan di sini. Ketika beliau menyiapkan ruang kelas untuk para anak2 belajar. Tidak hanya itu, ia sendiri pun turun langsung mengajarkan setiap pelajaran. Bagaimana beliau menerobos tembok kekakuan dalam mengajarkan kebaikan, dengan menjadi pengajar di sekolah Belanda, sementara keluarganya menuduhnya kafir. Masih banyak lagi pesan2 kebaikan yg bertebaran di film ini. Dan, sy rasa itu jauh lebih baik untuk kita bawa pulang dari bioskop ketimbang meributkan berbagai konspirasi yg –katanya- ada di balik pembuatan film ini. IMHO.
Akhirnya,semua penilaian tentang Ahmad Dahlan, Muhammadiyah, dan film Sang Pencerah, tetap kembali ke para penonton dan masyarakat luas. Semua yg tertulis di sini hanyalah catatan dari seorang penonton film yg sedikit banyak berinteraksi dengan warga Muhammadiyah.
Mari, kita mengapresiasi setiap usaha yg dihadirkan oleh saudara seperjuangan kita untuk mengenalkan Islam dengan lebih baik. Wallahu ’alam bishawab.
Ehmm.. karena ini adalah postingan pertama setelah Lebaran, ijinkan sy menghaturkan permohonan maaf sedalam2nya pada teman2 semua. Untuk setiap khilaf dalam kata2, baik postingan maupun komentar saia.
Taqabbalallahu minna wa minkum (worship)
Me like this! 😀
wah mbak illa bikin review juga toh sama kayak mbak lia.. sama2 muhammadiyah juga sama kayak mbak lia 😀 heheh
hehe…saya malah baru tahu kalau Sang Pencerah itu cerita tentang Ahmad Dahlan semalam sebelum memutuskan menonton *siyul-siyul*
tidak merasa rugi menonton bioskop lagi setelah tahunan silam tidak nonton di bioskop.
*two thumbs up for Sang Pencerah…tokohnya ataupun filmnya* 🙂
wow
keknya seru nih pelm.
nunggu di TV aahhh
😀
hmm,,dakwah lewat film ataupun lewat dunia entertaint lainnya memang tidak gampang. Kalau menurut saya sejauh ceritanya benar, pemerannya bisa jadi nomer dua. Siapa yang mau nonton kalau pemainnya ga terkenal, sutradaranya ga terkenal, promonya ga gede-gedean? klo tidak ada yang nonton maka film-film bermutu berikutnya mungkin jg tdak ada. Jadi mari kita tontoooon 🙂
*maaf lahir batin juga mbak illa, kpn kopdar, kosan kita deket to xixixi
Meski saya lahir dan besar dari NU, saya salut dengan Muhammadiyah… puluhan ribu sekolah dari TK hingga perguruan tinggi, ribuan layanan kesehatan, ribuan lembaga keuangan mikro, ribuan masjid, ribuan panti… dapat berdiri dengan kokoh tanpa mengemis di jalan-jalan. Hal ini diperkuat karena kebanyakan warga dan simpatisan Muhammadiyah adalah kalangan mandiri kelas menengah.
Tentu ini akan merubah persepsi setiap orang, dari sekedar menilai Muhammadiyah sebagai organisasi… lebih tepatnya Muhammadiyah adalah gerakan sosial yang berorientasi pada pendidikan, kesehatan dan ekonomi rakyat.
Pernah saya dengar, Muhammadiyah diuji Tuhan dengan masuknya paham Tarbiyah yang cenderung Wahabi dibawa oleh aktivis partai kebanyakan spanduk, sebagaimana juga dialami NU, tetapi mereka tetap mampu menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan sosial keagamaan yang tidak memihak satu faham…
Sebagai organisasi modern yang rasional Muhammadiyah tampil sebagai ormas besar Islam terkaya di dunia.
Maju terus film Indonesia … angkat cerita2 yang membangkitkan kecintaan kita akan bangsa ini ……. biasanya yang menghujat, minim sekali apresiasi tentang film. Anti film Indonesia, tapi yang namanya sinetron sampai lupa masak dan ibadah.
Doh udah ada yang pake nama akuh 🙁
Filmnya bagus kreatif. Tentang Muhammadiyah dan faham-fahamnya. No komen dah. 😀
Btw Illa maap yaks, lomen-komen mu di blog saya ilang semuanya, kemaren2 kena malware, baru sekarang baru brani post lagi.
sang penderah adalah salah satu film terbaik yg pernah denuzz tonton produksi dalam negeri …
awalnya denuzz gak terlalu respect dengan ahmad dahlan dan organisasi muhammadiyah, namun setalah menonton film ini denuzz baru tahu bahwa sebegitu mulia dan besarnya perjuangan pendiri muhamadiyah ini …
film yang luar biasa!!!
hoo, to be honest, saya belom nonton film ini :p
tapiii, dari tulisan ini jadi lebih mengenal tentang ‘Muhammadiyah’. saya sendiri ngga terlalu concern dengan NU ataupun Muhammadiyah, netral mungkin ya 🙂
masalah selentingan kurang baik ttg pemainnya justru saya baru tau. doh, ketahuan banget ngga pernah nonton infotainment ya.
Belum sempat menonton
wah….jadi pengen nonton.
yg pasti smoga kita bisa meneladani beliau. amin
lam kenal ya
Wah, warga Muhammadiya juga 🙂
Soal pemilihan pemeran dalam film tersebut, memang baiknya yang juga dalam kehidupannya bisa menjadi tauladan. Tapi jika aktingnya gak bagus, jadi kurang bagus filmnya 🙂
Artikel yang sangat menarik. Betul sekali kita sesama umat muslim harus saling menghargai walaupun berbeda paham, jangan sampai karena ada perbedaan paham/ pendapat menjadikan perpecahan di kalangan umat muslim.Terimakasih buat infonya.
aku belum sempat nonon pilemnya.tinggal di hutan sie sekarang
wah, pasti seru banget ya filmnya. menggambarkan bagaimana sebuah perjuangan itu dilakukan
Belum nonton filmnya… 🙁
Yah intinya, positifnya diambil. Kalo ada yang gak sesuai dengan pemahaman kita, yang udah diabaikan aja. Beres.
Belum nonton euy 🙁
suka banget film ini
sebagai mahasiswa di perguruan muhammadiyah
chika juga banyak belajar^^
percaya gak percaya.. ini kunjungan bioskop pertamaku…wkwkwk..
So far menurut saya film2 yang mengambil setting Islam dibuat secara apik. AAC, KCB, bahkan Laskar Pelangi yang bernafas Muhammadiyah terlihat tetap manis. Saya bersyukur masih ada sineas yang mengambil tema-tema film ini.
Kalau kritikan, sampai akhir masa pasti akan ada. Selama kritikannya objektif dan berimbang, semestinya kita bisa terbuka menerimanya.
*Dah lama gak mampir ke gubuknya neng iLLa* 😀
Trima ksh tuk ulasan yg bagus ini. Salam kenal,
komentar saya kok tidak di tayangkan, kenapa ?
Bagaimanapun hanung bramantyo bukan ahli sejarah, bukan ahli agama islam, kebenaran hanya milik ALLah Azza Wazalla, hanung bramantyo adalah pendukung wahabi yang secara halus menyebarkan ajaran-ajarannya tanpa dia ketahui kebenaran dan kesalahan ajaran wahabi tersebut. Film sang pencerah adalah film sentimen dan fanatisme golongan yang sempit.
maju terus perfilman indonesia, jangan bokep mulu di produksi
Saya telah menyaksikan film “Sang Pencerah”. Secara menyeluruh saya menilai film tersebut bagus, ada sejumlah hal yang saya ketahui tentang KH Achmad Dahlan dan Muhammadiyah setelah menyaksikan film tersebut. Hal tersebut membuat saya makin bersyukur bahwa saya sempat dididik dalam Muhammadiyah – walau hanya SD, namun kian lama kian terasa bahwa sisi baik saya sekian persennya adalah hasil didikan Muhammadiyah. Lebih jauh lagi, Sejumlah sisi baik Indonesia sekian persennya adalah “bentukan” Muhammadiyah”, intinya adalah konsep “pembaharuan” (reformasi) dan “pemurnian” (puritan) dalam memahami agama yang diperjuangkan Muhammadiyah turut mengubah sejarah Indonesia. Semoga Muhammadiyah tetap terus berkiprah memberi yang terbaik bagi Indonesia dan dunia, insya Allah. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
wah pinter2 semua ni..kebetulan..hehe asyikk
saya mau tanya dan saya tunggu ,tp harus berdasar dan gak ngeless, dan bukan UJAR ULAMA/ KITAB , tapi LANGSUNG dari Hadist atau riwayat sahabat, INGAT bukan UJAR Lohhh ihiihihi :
1. Tahlilan dicontohkan sama NABI APA GAK, setau sy itu buang2 biaya, kasian anak yatim ?
2. Baca surat Yasin bersama dicontohkan sama NABI APA GAK?
3. Zikir keras2 bersama dicontohkan sama NABI APA GAK?
4. Berziarah ke makam org saleh ( kecuali doa nya kepada Alloh SWT / bukan kepada makam ) dicontohkan sama NABI APA GAK ?
5. Azan 2 x dicontohkan sama NABI APA GAK ?
6. Nabi apa pernah melarang Bidah Duniawi ? setau sy cmn Ibadah jgn ditambain..
7. Diperintahkan utk peringatan Kelahiran gak ? ingat loh KELAHIRAN. bukan yang lain seperti perintah memuja, sanjungan …
8. beliau memerintahkan panggilan SAYIDINA gak ?
9. Wasilah / perantara , Orang Alim ( kecuali Nabi hanya Alloh yg tau ) yg sudah meninggal bisa nolong kita gak diakherat?
10. kata siapa Ziarah ke makam Rasul gak boleh, stau sy cmn Sholat dimakam Rasul yg gak boleh ?
itu aja sy siap ikut anda karena sy lagi GALAU hehe…ingat sesuai AL QURAN dan HADIST tidak ujar berujar, tp langsung contoh dari RASULL !!
Astaga saya SALAH KIRIM MAAF hehehe…,sy kira yg gak sepaham…sy sebel klo ada yg ngeless kaya disitus2 lain..
Izinkanlah saya menulis doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat (khususnya para salaf al-shaalih, para anggota “Wali Songo”, juga KH Ahmad Dahlan, semua leluhur beliau dan semua guru beliau). Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Lebih dan kurang, mohon maaf.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’udzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.
Ya Allaah, jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim tetap dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah dunia non Muslim dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah musuh Islam ditaklukan orang Islam.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
——(doa khusus untuk para salaf al-shaalih, para anggota “Wali Songo”, juga KH Ahmad Dahlan, semua leluhur beliau dan semua guru beliau)
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WAQRHAMHUM WA ‘AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM.
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNA AJRAHUM WA LAA TAFTINNA BA’DAHUM WAGHFIRLANA WALAHUM.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidina wa nabiyyina wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘alamiin.
Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Indra Ganie – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten.