Beberapa hari yg lalu secara ga sengaja nongton sinekrong KCB serial Ramadhan, pas di scene ada kang Abik yg lagi ngasih nasehat ke Anna. ”Masih banyak masalah umat yg jauh lebih penting untuk kau pikirkan daripada sibuk mengurusi hal remeh temeh”
Adegan ini membawa memory saya ke beberapa tahun yg lalu. Waktu itu saya masih mahasiswa, dan lagi ikut salah satu pelatihan yg diadakan oleh LDK di kampus saya.
Ada satu materi yg masih sy ingat, tentang perlunya bagi para Muslimah untuk terus memperbaiki diri. Kurang lebih pemateri itu bilang gini :
Perempuan adalah titik awal sebuah peradaban. Dari dirinya akan ditentukan sebuah keputusan, akan menjadi seperti apa kehidupan manusia yg muncul setelahnya. Apakah akan menjadi generasi Rabbani yg selalu siap mengumandangkan Kalimatullah, atau akan dipenuhi oleh orang2 yg mengingkari-Nya. Semuanya berawal dari kita. Olehnya itu, adalah menjadi sangat penting bagi kita para Muslimah untuk terus menjadi lebih baik. Menjadi Muslimah yg tangguh, tapi tidak melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan yg penuh dengan kelemah-lembutan.
Suatu saat, jika Alloh menakdirkan, kalian akan menjadi pendamping bagi para lelaki. Dan bukan kah mereka dianjurkan untuk memilih wanita sholehah? Walaupun tujuan kita bukan hanya agar dipilih oleh para lelaki itu, tapi sedikit banyak keberadaan kita akan membantu mereka untuk lebih banyak memikirkan ummat.
Waktu itu kami kemudian bertanya2, bantuan seperti apa? Bukankah kita –para Muslimah- ingin menjadi lebih baik karena memang sudah semestinya seperti itu? Toh, bukan hanya kami saja yg diharuskan, semua manusia juga dianjurkan untuk terus memperbaiki diri. Pemateri itu kemudian melanjutkan seperti ini :
Para lelaki yg sudah menjadi kepala keluarga, berkewajiban untuk membimbing anak istrinya ke jalan yg diridhoi Alloh. Ini adalah tugasnya sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Nah, jika sang istri sudah dianggap mampu memerankan lakon itu, khususnya untuk anak2nya, ini akan sedikit meringankan tugas mereka, dan bisa memfokuskan diri untuk tugas2 keummatan yg lain. Walaupun tidak membebaskan secara keseluruhan, karena ini adalah kewajiban mereka. Tapi itu tadi, kita bisa meringankan tugas suami kita. Rasulullah bisa kuat menghadapi setiap cercaan dan makian di awal2 menyebarkan Islam, karena ada Khadijah yg ditakdirkan Alloh untuk menjadi pendampingnya. Wanita kuat dan mandiri, yg tak perlu diragukan lagi ketaqwaannya pada Alloh SWT.
Saya kemudian mengambil kesimpulan sendiri bahwa ternyata kita perlu untuk berada pada titik aman untuk satu tingkatan kehidupan tertentu, supaya bisa melangkah ke tingkatan diatasnya. Seperti seorang suami yg merasa ”aman” ketika memiliki seorang istri yg bisa diajak bekerjasama dan dapat diandalkan dalam hal membimbing keluarganya. Kasarnya, dia tidak perlu lagi mengajari istrinya terlebih dahulu, karena dalam beberapa hal sang istri sudah paham. (engg.. tentunya ini dalam konteks sang suami dan istri ini sefikrah 🙂 )
Atau analogi sederhananya seperti ini. Anak kecil pada suatu masa akan belajar cara berjalan. Ketika ia sudah bisa berjalan dengan baik, sudah bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, ia akan berpikir untuk berjalan dengan ritme yg lebih cepat, atau berlari. Kembali ia menjalani proses itu. Selanjutnya, mungkin ia akan belajar untuk naik sepeda. Begitu seterusnya seseorang menjalani proses belajar. Bertahap.
Nah, anak kecil yg belum tau caranya berjalan, masih dalam tahap merangkak, tentunya tidak akan berpikir untuk belajar bersepeda. Wong jalan aja gak tau. Dan kalau ia tidak pernah berpikir untuk mulai belajar cara berjalan, selamanya ia tidak akan terpikir cara menaiki sepeda. Selamanya ia akan dipusingkan bagaimana cara berjalan, tanpa pernah mencobanya.
Begitu pula kita. Kalau kita membiarkan diri kita selalu dibuat pusing karena alasan remeh temeh, kita tidak akan pernah ’ngeh’ bahwa diluar sana ada lebih banyak persoalan yg menunggu kita untuk kita selesaikan. Ada banyak problematika ummat yg jauh lebih penting untuk mengambil porsi pikiran dan tenaga kita. Lantas bagaimana kita akan tau kalo kita sibuk dengan diri sendiri? Mengurusi masalah2 pribadi?
Seorang guru yg memberikan soal latihan pada siswanya, tentunya sudah menyiapkan jawaban untuk soal latihan itu. Hanya ia tidak diberikan, karena ingin mengetahui seberapa mampu para siswa dapat menyelesaikan sendiri soal2 itu.
Nah, untuk persoalan kecil begitu saja ternyata sudah ada jawabannya. Seorang guru –yang seorang manusia biasa- sudah menyiapkannya. Lantas bagaimana mungkin Tuhan tidak menyiapkan jawaban2 dari setiap masalah kita? Ia sudah ada, tapi Dia meminta kita untuk menyelesaikannya sendiri dulu. Seberapa mampu kita menjawab ”soal-soal latihan” itu. Toh, kelak juga Dia pasti akan memperlihatkan jawaban itu. Dengan cara-Nya. Jadi, setiap yg terjadi yg kita anggap ”masalah”, Besar atau kecil, berat atau ringan, pasti akan ada jalan keluarnya. Tidak perlu terlalu dipusingkan akan hal itu (uhmm,,, teguran buat diri sendiri juga sih ini 😀 )
Jadi, mari.. keluar dari zona pribadi kita. Lihat keluar, disana ada sangat banyak persoalan umat yg juauh lebih kompleks, yg menunggu tenaga dan ide cerdas kita untuk menyelesaikannya.
*mohon maaf jika analogi yg digunakan kurang tepat* (goodluck)
`Sefikrah` (okok)
ya ya ya
ada satu kata yg sy suka dari tulisan ini “sefikrah” 😀
*jadi tringat ma salah satu potongan hidup dimasa lalu hehehe
BondanG bilang “everythings gonna be ok 🙂 “
(goodluck) zona pribadi dan zona luar harus sejalan, kalau pribadinya belum nyaman pasti gak bisa berbuat untuk orang lain.. (ninja)
thank u k’ illa,
pelajaran berharga,..
buka jendela lihat keluar, ada banyak ladang disana 🙂
thx sdh diingatkan, utk tak terlalu sibuk dg zona pribadi shg melalaikan kewajiban lain…
Betul Illa, kadang kita suka ‘kenyamanan’ di zona kita sendiri dan gag pernah mau belajar.
*tertohok*
ini juga harus diketahui oleh para steakholder negara ini. jangan asikn ngurusinj hal remeh temeh, masih banyak urusan lain yg lebih penting.:)
yup analogi yang tepat….salam kenal
iyaa nih mbak… denuzz jadi bingung sendiri antara analogi dengan inti dari tulisan ini…
hehe
yang jelas… kita harus menggunakan kesempatan yang kita punya untuk hal2 yang bermanfaat…
salam akrab dari burung hantu,,,
Bahu membahu antara suami dan istri, akan memperkuat pondasi pendidikan anak-anak generasi penerus (ISLAM)
Memikirkan diri sendiri memerlukan referensi dari orang lain yang ada di sekitar kita.
Jadi harus sejalan saling menyeimbangkan.
ideologi….
Prakteknya susah 😀
moving from comfort zone, yosh!
lama ngga berkunjung jeng iLLa selalu kasih cerita inspiratif 😉
menjadi wanita adalah anugrah.
fight!
miss you dear 😉
Kita memang punya sisi pribadi, namun seperti halnya sebuah mata uang.. ada sisi lain yang melengkapinya,, yaitu sisi sosial kita…
bagaimana pun kita tetap harus salung bersumbangsih terhadap orang lain, jangan mementingkan zona aman diri sendiri.
Tuhan punya jawabannya, dan Tuhan menginkan kita untuk mencari rumusnya
halooo salam blogger Indonesia ^^
apa kabar kawan?
yuukk, mampir ke blog pelangii, jangan lupa tinggalkan jejak dan komentar ya untuk tulisan pelangi yang satu ini…
http://pelangiituaku.wordpress.com/2010/08/24/welcome-to-the-next-city-2010-%E2%80%9Cjelajah-kota-depok-2010%E2%80%9D/
karena ini sedang diikutkan lomba, doakan semoga menang yaaa ^^
terima kasihh^^
salam,
pelangiituaku
waduh, saya nggak terbiasa nonton sinetron. abis nggak sabaran pengen tahu ending cerita. hehehe…
poin-poin di atas bagus di bagi dengan kawan-kawan remaja dan generasi muda lainnya agar tidak mudah menjatuhkan pilihan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. idealnya, semua harus dilandasi oleh Al-Quran dan Sunnah Rosul sebagai pedoman hidup manusia yang relevan sepanjang massa.
Wah jadi ingat juga, dulu ane pernah iseng-iseng SMS Ustadz Faudzil Adhim, sedikit curhat tentang masalah pribadi 😀 Tapi balasan beliau cukup singkat: “Problematika ummat masih banyak. Mari berusaha menjadi bagian dari solusi ummat.” 🙂
Btw add blog ane mbaaakk,, http://yohang.net 😀
‘sefikrah’… opo tho mba? (okok)
(thinking) mmm Terkadang kita memang selalu “terseret” untuk memikirkan hal-hal remeh yang tidak penting. Padahal hal yang besar belum bisa selesaikan…
membaca analogi ini nampaknya Sistah sudah siap nikah nich, hehe 😀 …. paham bener pembagian tugas
*emang KCB sinetron bagus yah? Saya mah nonton PPT (jiah.. (woot) curhat (tongue) )
tapi kadang hal-hal yang kecil bisa menjadi besar..
yangg pasti selesaikan masalah sesuai skala prioritasnya.. 🙂
yach yach yach,… i like it
Karena manusia itu dinilai, dari seberapa manfaatkah kita untuk manusia lain.
selalu bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, jangan mudah mengeluh, karena di luar sana, masih banyak orang lain yang tidak seberuntung kita.
“Masih banyak masalah umat yg jauh lebih penting untuk kau pikirkan daripada sibuk mengurusi hal remeh temeh” ngena banget nasihatnya 🙂 jadi inget nasihat ustd Rahmat
pernah ada orang bilang ke denuzz ‘tinggalkan zona nyaman anda, jika ingin meraih sukses …’
benarkan?
salam akrab dari burung hantu …
Tetap diri ini pny hak untuk diperhatikan, asal tidak berlebihan, berusaha seimbang 🙂 problematika umat, ya, masalah kita yg remeh temeh itu harus dijabarkan. misalnya : “cuma” krn ditinggal temen atau lelaki yg sdh “diharap2”, gak sekaya si anu dan si inu, atau lain-lainnya yg sejenis. Saya rasa ini banyak yg sepakat merupakan hal yg remeh temeh 🙂 Klo masalahnya menyangkut orangtua, suadara dekat, saya rasa ini termasuk problematika umat kan 🙂 Bahkan prioritas nomor satu lho! *aduh maaf dalilnya lupa di surah apa :p oops my bad.
Illa, saya punya catatan baru, please check and masukannya ya.. 🙂 syukron awi..
ya jika kita tidak keluar mana kita tau hal-hal yang ada diluar….,
Saya sedih kalau denger seorang wanita (atau seorang ibu) yang menganggap remeh pendidikan seorang wanita dengan anggapan “nanti ujung-ujungnya juga ke dapur”
Sebaliknya, saya selalu salut dengan wanita yang bisa berfikir maju, kreatif, logic, berpengetahuan luas tapi tanpa meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita, yang tau bahwa dirinya adalah pencetak pemimpin, dan mencetak pemimpin yang baik itu tidaklah mudah.
(worship)
Allah adalah sebaik-baik pemberi ujian, sebaik-baik pencipta produk,, Allah sudah menyiapkan Al-qur’an untuk manusia, di sana terdapat semua rule untuk hidup, tergantung manusia nya, mau belajar atau tidak,,
i really like this 🙂
being honest kanda..
saya biasanya ntn KCB krn ada furqannya #eh.. =p
Dear Illa….cuma mau nitip : Selamat menyambut hari kemenangan ya… Maafkan bila ada kata2 yg kurang berkenan selama silaturahmi kita….
Kadang aku…
* sesombong squidward
* sebandel spongebob
* sebodoh patrick
* sepelit mr. crab
* sejahat plankton
* dosanya segede bikini bottom
jadi sekarang minta maaf ya…
mohon maaf lahir bathin and selamat hari raya idul fitri 1431 H
Mau ngucapin Minal Aidzin Wal Faidzin buat sahabat yang jauh. Mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan yang telah diperbuat
“Perempuan adalah titik awal sebuah peradaban. Dari dirinya akan ditentukan sebuah keputusan, akan menjadi seperti apa kehidupan manusia yg muncul setelahnya. Apakah akan menjadi generasi Rabbani yg selalu siap mengumandangkan Kalimatullah, atau akan dipenuhi oleh orang2 yg mengingkari-Nya. Semuanya berawal dari kita. Olehnya itu, adalah menjadi sangat penting bagi kita para Muslimah untuk terus menjadi lebih baik. Menjadi Muslimah yg tangguh, tapi tidak melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan yg penuh dengan kelemah-lembutan.
Suatu saat, jika Alloh menakdirkan, kalian akan menjadi pendamping bagi para lelaki. Dan bukan kah mereka dianjurkan untuk memilih wanita sholehah? Walaupun tujuan kita bukan hanya agar dipilih oleh para lelaki itu, tapi sedikit banyak keberadaan kita akan membantu mereka untuk lebih banyak memikirkan ummat.”
humm…..jadi tersentuh dengan quote di atas. semoga bisa jadi semangat ku untuk bisa lebih baik.
trims ya postingannya. mengena banget..
salam kenal dari semarang
Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon maaf lahir dan batin (goodluck)
mohon maaf kalau telat (tongue) (worship)
nice posting, thanks for sharing, thanks for reminding
🙂
like this
*sambil mikir kluar dr zona aman??? hm,,,
Assalamu’alaikum warrahmatullah…
Illa, apa khabar? hmm.. lama sekali tidak kemari. Bukannya murtad, tapi karena di rumah sebelah hehehe…
Analoginya mantep. Mencari yang sefikrah itu susah, tapi hidup sudah susah, tidak usahlah semakin dibuat susah. Untuk mencari yang sefikrah, sepertinya kita harus memahami fikrah (Saya mikir, ini komentar apaan yaks…?) hehehe
hm… menurut saya keluar dari zona pribadi, artinya gag melulu mikirin diri sendiri, tapi juga memikirkan urusan kita yang melibatkan khalayak ramai… ya seperti pelajaran PMP jaman dulu *eh jaman dikau PPkn ya namanya?* mendahulukan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi. betul begitu?
nice posting..smg bisa keluar dari zona pribadi
salah satu postinagn terbaikmu. (…hate to say this..huff..)