Beberapa pekan ini, ada yg berubah dari aktivitas sehari2. Ehm.. biasa saja sih sebenarnya.
Jadi gini, kurang lebih 3 pekan lalu, saya diamanahi memegang laptop kantor oleh atasan saya. Laptop itu sebelumnya dipegang oleh teman seruangan yg lebih senior. Dan karena teman ini mendapat jabatan baru di tempat lain, akhirnya laptop itu dialihkan ke saya.
Karena ini laptop kantor, artinya harus setiap saat siap digunakan untuk kepentingan kantor. Dan artinya juga, saya harus manggul bawa laptop itu tiap harinya. Waktu sy cerita ke Ibu tentang laptop ini, si ibu langsung wanti2, ”awas loh, hati2 bawa barang itu. Jangan sering pulang malam. Apalagi itu laptop kan bukan punya kamu”
Hmm… laptop itu memang bukan punya saya. Hanya diamanahi memegangnya saja. Saya tidak boleh merasa terlalu senang menerimanya, pun harus siap jika sewaktu2 laptop ini diminta oleh kantor.
==========================
Kesadaran bahwa sesuatu itu bukan milik kita. Jika kita bisa dengan mudah merasakan ini, tentu akan menjadi mudah pula untuk merelakan jika sesuatu itu diambil lagi oleh sang pemilik. Orang2 yang kita cintai yang meninggalkan kita, harta atau jabatan yg sempat dititipkan ke kita, semestinya harus kita relakan dan ikhlaskan ketika ia diambil, toh itu hanya titipan. Yah, semestinya…
Kita mungkin sudah pernah membaca kisah sahabat Rasulullah, Ummu Sulaim, yang berkata lirih pada suaminya, Abu Thalhah, ketika anak mereka baru saja berpulang tanpa sepengetahuan sang suami,
”Wahai Abu Thalhah, apakah boleh seseorang yang menitipkan sesuatu dan dia ingin mengambil barang titipannya?”
”Tentu saja.. itu hanya barang titipan,kita yang dititipi tidak berhak memiliki barang titipan itu dan penitip berhak mengambil barang miliknya kembali” demikian jawab sang suami
”Maka ikhlaskanlah kepergian anakmu, ia telah menemui Sang Pemilik Sejatinya..”
Subhanallah. Seorang ibu masih sanggup dengan tegar menenangkan suaminya, padahal seluruh dunia juga tahu bagaimana kesedihan seorang ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan kemudian ditinggal oleh sang anak. Tapi begitulah, satu kesadaran hebat telah meresap dalam jiwa sang ibu, bahwa anaknya bukan miliknya. Ia hanya titipan-Nya.
Kembali ke cerita tentang laptop. Selain pemahaman bahwa laptop ini bukan milik saya, satu hal yg kembali sy rasakan adalah betapa susakhnya menjaga amanah. Yang saya rasakan, sy harus lebih berhati2 dan waspada setiap naik angkot, karena di tas ada barang yg bukan milik saya.
Ketika satu waktu laptop ini dipegang oleh senior saya yg ingin membantu menginstall, –rencananya akan diinstall linux, tapi entah kenapa tidak bisa terinstall dengan sempurna- betapa rusuhnya saya ketika sy menghubungi nomer hape beliau dan tidak aktif. Padahal keesokan harinya sy harus membawa laptop itu ke kantor.
Saya khawatir akan ditanya oleh atasan saya, dikemanakan laptop itu, apalagi kalo tau akan diinstall program macam2.
Lantas, bagaimana dengan amanah yg lain? Apakah sehati2 itu jugakah saya telah menjaganya? Padahal sebenarnya, bukan cuman benda ini yang menjadi amanah. Ada amanah lain yang tak berwujud benda, yang jauh lebih berat untuk diemban. Keluarga, pekerjaan, ilmu, jabatan di organisasi, waktu, kesempatan, rejeki dan apapun yang diberikan pada kita sebenarnya adalah titipan, amanah, yang kelak akan diminta segala pertanggungjawabannya. Ah…
Seandainya orang2 bisa memaknai ini dengan baik, mungkin menjadi tidak mudah mencalonkan diri jadi wakil rakyat atau penguasa di mana2.
Kisah salah satu sahabat terbaik Rasul ini patut menjadi contoh. Adalah Umar bin Khattab, Khulafaur Rasyidin yang tak pernah tidur nyenyak ketika mengemban amanah sebagai Khalifah. Beliau, yang selalu memanggul gandum untuk rakyatnya di tengah malam gulita. Yang sering menyamar sebagai orang biasa, untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Itulah, satu contoh kesadaran dalam mengemban amanah.
Maka..
Sahabat, sudahkah kita menjaga dan menjalankan amanah kita?
*sebuah perenungan bagi diri sendiri*
laksana tukang parkir yang mobilnya selalu gonta ganti namun senantiasa ikhlas diganti dengan uang jasa parkir
🙂 Pada dasarnya semua adalah titipan, bahkan nyawa ini pun hanyalah titipan, amanah dariNya. (ninja)
… harus.. memaknainya baik-baik.. sebelum mengambil keputusan untuk melaksanakannya.. 😐
hehehe..
jujur k’..saia sering menggunakan fasilitas laptopx pace..klo bisa dibilang..pace malah sering g gunakan :p
bahkan diri kita sendiri pun bukan milik kita.. 😐
saya ingin merenung saja sebab selalu memanggul leptop kantor ke kos.. Merenung… dimulai!
hmmm, same with me, dikasih-pinjam Lenovo T60 sejak pertama kali masuk kantor ini.
Memang harus menjaga supaya laptop tetap dalam performa yang bagus aat kerja. Permasalahannya bukan tahu atau tidaknya bos dengan instalasi lain di laptop itu.
kalopun instal, tak mungkin diinstal dengan OS yang lain, paling nambah instalasi lain yang berkaitan ma kerjaan 😀
*sering bergulat diri antara keinginan pribadi dan performa kerja laptop* 🙁
*tercerahkan*
…tp juga sering terlupakan 🙁
bikin repost ini seminggu sekali,ya :'(
kalau saya pilih beli laptop sendiri untuk keperluan kantor dan pribadi, sehingga pengunaannya lebih enjoy
hhmmmm………….. eh, nitip komen dunk 😀
ikut merenung ah…. sudahkah sebesar itu rasa tanggung jawabku dlm memegang amanah ? masih harus banyak bebenah diri nih… makasih utk pencerahannya non….
heeemmmm,, duh berat nih, untuk saat ini bagi ane pling berat adalah manggul amanah dari kelurga,,, semoga bisa mempertanggungjawabkannya…..:) “aminnnnn”
Menjaga amanah memang tidaklah mudah. Karena, kita tidak hanya bertanggung jawab terhadap orang yang memberikan amanah tersebut. Namun, kita juga harus mempertanggung jawabkan amanah yang telah kita terima kepada-Nya. Selain itu, banyak orang yang menyalah gunakan amanah yang telah mereka terima hanya untuk memenuhi kepuasan nafsu pribadi saja. Jadi, jagalah amanah tersebut dengan baik dan benar, agar kita senantiasa menjadi seorang yang bertanggung jawab dan jujur.
memang sangat berat menjaga amanah, karena itu adalah tanggung jawab yang harus kita jaga. Namun seberapa beratnya harus kita laksanakan 🙂
Jadi inget saya pun pernah diamanahi beberapa peralatan kantor termauk laptop
Menjaga amanah itu indah 🙂
Memegang amanat memang berat, selama kita berusaha untuk bertanggung jawab atas beban yang dipikul tidak akan mengurangi pahala. semoga laptop kantornya tetap terjaga dan digunakan sebaik-baiknya bagi kepentingan kantor juga
Speknya apa kak, kok enggak sempurna diinstall linux
*tetep .. fokusnya sama gadget*
Illa… jadi mengingatkan akan leptop ini..3 th yg lalu juga diberi kantor dan alhamdulillah boleh jadi milik pribadi… 🙂
smoga amanah ini bisa kita jaga dg baik..
hem.. kalo mungkin akan diambil kembali, kemungkinan sih bakal dapat yg baru hehe… *begitulah seharusnya..*
terimakasih yah pencerahannya,, andai saja pemimpin kita itu skg kurus fisiknya *hihi* mungkin memang dia mikirin rakyatnya yg belom makan..tp kan dia juga kudu jaga fisik buat mimpin negaranya 🙂
memang sulit menjaga amanah. btw saya juga linuxer lho sekarang
saia jg pernah dapet inventaris laptop *waktu itu awal taon 2007* dan pas pertengahan maret dipinjem oleh atasan (katanya seeh akan dipinjem juga oleh sodaranya untuk sarana ngerjain sekeripsi) yaaaa karena atasan yg minjem ya saia kasih aja deh dan janjinya bulan juni bakal di kembaliin lagi 🙂 juni udah lewat saia tagih ke atasan saia katanya nanti agustus, dan agustus dah dateng lagi saia tagih lagi katanya laptopnya masih dipake ama sodaranya itu (katanya juga masih ada revisi2an gitu deh) hingga akhirnya ampe tutup taon 2007 hingga sekarang 2010 (3 taon+) saia dah ga pernah nanyain keberadaan leppie itu lagi (doh)
#nah kalo kasusnya seperti saia itu bu ustadz, gimana tuh hukumnya?? saia yang tidak bisa menjaga amanah hingga leppie itu tak terdeteksi lagi keberadaannya, ataukah atasan saia yang se’enae dewe lempar sana lempar sini tuh inventaris???
di tunggu informasi selanjutnya sist…
sesuatu yang paling berat adalah amanah 🙂
susah bgt menjaganya.
btw, seru juga ngebaca komen “addiehf” diatas, kadang2 posisi jg membuat kita lupa ngga amanah, astagfirullah.
lama ga BW nih, hug iLLa :*
saya bingung mbak, hehe, amanah saya ada yang tidak saya jalankan, ntah gimana mpe sekarang. 😀
hati-hati mas….
laptopnya ke guyur hujan 😀
malah seperti paspampres ajah nih, jadi semakin waspada dengan sekitar. Menjaga amanah Laptop dari tindak-tanduk kejahatan dari orang lain.
hehe
seandaninya laptop itu milik mbak ILLA, tentu saja akan dijaga sebaik mungkin karena laprop adalah benda berharga. sedangkan pada kenyataannya laptop itu milik kantor, jadi Exstra hati-hati 2 kali lebih dibandingkan jika itu milik sendiri.
Mudah-mudahan mbak ILLA bisa jaga amanah ini dengan baik, dan tidak ada kejadian yang tak diinginkan. Heheh ^_^
Wah artikel yang perlu direnungkan nih… Sangat bermanfaat sob… Tx. met weekend ajah..
wah..jadi ada dua laptop dong di kosan?
harus di jaga baik2 tuh. jangan sampe rusak, jangan di pake macem2, nanti bisa potong gajih. waspadalah..waspadalah…
*nerusin maen games pake laptop kantor*
duuuhh laptop kantornya jangan dipake buat main pesbukan muyu yak.. tapi buat kerja..kerja..kerja..kerja…
bolehlah dipake untuk cek imel komplain-an dari sayah kalo tempat saya mati lampyu 😀
d^^b Perumpamaan yg sangat manusiawi.. klo dg benda (duniawi) aja kita sebegitu hati2nya dn suadar bgt klo itu titipan (bagi yg sadar) gmn klo yang amanahnya lbh bersifat akhirat yg bakal di adili sama Allah ntr ya.. selamat mpraktekkan.. bismillah!
semoga laptopnya tetap aman. memang amanah itu harus dijaga dengan baik.
subhanallah…sebuah refleksi diri yg sederhana tapi berisi, dr hal kecil bisa dijadikan sebuah pembelajaran amanah sejati^^
laptop kantor itu ditinggal di kantor aja! daripada berat bawa laptop tiap hari pulang pergi kerja…
khusus weekend dibawa pulang gak apa2, lumayan bisa buwat ngeblog…
kalau terlalu sering dibawa pulang, artinya menyediakan diri bekerja di luar jam kerja… mau??? 😀
memang begitulah seharusnya..
tapi, susah untuk dilakukan
belinya nggak kontak kok, diangsur 4 tahun jadi tak begitu terasa.
kalau tidak model begini saya tak akan punya motor, tak punya laptop
sulit menjaga amanah… terutama bila barangnya sangat “menggoda”