Beberapa hari yang lalu saya nonton acara tivi, ga tau ini reality show atau apa. Itu loh yg memergoki kelakuan masyarakat sehari2 yg –sebenarnya- menyimpang, namun kadang sudah dianggap biasa. Episode sebelumnya yg pernah saya liat itu antara lain nekat berjalan di area yg sebenarnya tidak dibolehkan, berjualan di tempat yg dilarang, anak2 yg bermain2 di sekitaran rel kereta api, anggota DPR yg ga hapal Pancasila, dll.
Nah, episode kali ini itu tentang para penjual daging kiloan yg ternyata sering melebihkan timbangan jualannya. Jadi yg tertera di timbangannya penjual itu lebih berat dari yg semestinya. Misalnya tertera 4 kg, pedahal timbangan aslinya lebih ringan dari itu. Nah ostosmastis kan pembeli membayar sesuai dengan yg tertera itu kan?
Waktu dipaksa mengaku ditanyain sama presenternya kenapa eh kenapa dy seperti itu, bukannya mengaku ato minta maap, penjual tersebut malah menjerit membawa2 kasus Century, bilangnya kurang lebih kek gini :”Hyaelah mas.. ini kan cuman beberapa kilo. Berapa duit siy.. Liat tuh para pejabat kita di DPR sana, kasus Century yg trilyunan itu malah dibiarkan. Kita kan jg mw makan mas, kalo ga kayak gini saya dapat makan dari mana?”
Uwew.. para pedagang itu juga mengikuti perkembangan kasus century ternyata 😀
Saya senyum2 kacci sendiri, mendengar omongan penjual itu. Miris tidak? Beginilah kondisi masyarakat kita. Boro2 mengakui kesalahan, yang ada malah balik mencari2 kesalahan orang lain.
Jadi ingat juga postingan saya tentang tawuran mahasiswa di Makasar, beberapa waktu yg lalu. Selepas postingan itu sempat ngubrul (via online) sama junior di kampus. Sambil becanda, junior itu bilang kalo kebrutalan mahasiswa saat ini juga kerna seniornya pun berbuat demikian. Senior yg secara tidak langsung mengkader mereka untuk melakukan hal yang sama ketika dihadapkan pada persoalan yg sama pula.
Heyy, bukankah kita dianugrahi otak dan akal? Itu diberikan pada manusia untuk dipakai berpikir, bukan disimpan di dengkul bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Tidak berbalik menyalahkan orang lain, dan menganggap keberadaan orang lain lah yg menyebabkan suatu kesalahan itu diperbuatnya.
Sama halnya dengan ibadah kan? Shalat misalnya. Apakah ketika seorang yg sudah baligh tidak menunaikan kewajibannya, lalu kemudian menuduh yg lain juga demikian, itu bisa mengurangi dosanya kerna melalaikan kewajiban shalat? Tidak kan? Gak ada ceritanya dosa bisa dipikulkan pada orang lain. Semuanya ditanggung masing2.
Jika keadaan seperti ini dibiarkan, selanjutnya berada lah kita pada lingkaran setan. Tidak ada yg betul2 bisa menghilangkan kebiasaan buruk yg terlanjur ada, jika semuanya hanya bisa saling menyalahkan.Makanya, katanya Aa Gym, ayo semuanya mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang
Hennah… sekaitan dengan hal tersebut di atas (hohoho.. bahasamu, Nak) ada sebuah program yg juga mengajak kita untuk memulai dari diri sendiri.
Adalah 60 Earth Hour, sebuah program dari WWF Indonesia yang mengajak warga Indonesia berkontribusi dalam menghemat energi, sekaligus mengurangi dampak global warming di dunia.
Sederhana, kita hanya diminta untuk mematikan lampu dan peralatan listrk yang tidak terpakai, pada hari Sabtu, 27 Maret 2010 pukul 20.30-21.30 waktu setempat. Sepintas tampak tidak berarti? Hmm.. mungkin. Jika hanya dilakukan oleh satu orang. Tapi jika ada 10% saja dari rakyat Indonesia yang katanya bang Oma yang berjumlah 200 juta orang melakukan hal serupa saat itu, dan hitungan rata2 tiap orang dapat menghemat 0,1 kWh pada hari itu, maka kita telah berhasil menghemat sebanyak 2000 MW sodara sodari! *terkejut*
See? Hanya dengan mematikan beberapa peralatan listrik selama satu jam. Satu jam, ga susakh kan?
Ini juga sekaligus menjadi satu pembuktian bahwa sesuatu yg nampak kecil, tapi jika dilakukan secara berjamaah dan bersama2, maka akan menghasilkan sesuatu yg rruar biasa.
Ayooo.. mari berbuat sesuatu untuk bumi kita tercinta. Bisa kan? 😉
Membiasakan yang baik memang harus di terapkan dalam kehidupan sehari – hari . jadikan itu sebuah candu .. sama hal nya seperti berbohong .. (yang lebih parah) .. 1 kebohongan .. akan membuat kebohongan – kebohongan yang lain …
Manusia dianugerahi akal utk memilah & memilih tindakannya. Setuju sekali…..tapi keteladanan memang masih berperan penting. Utk Earth hour, mg2 bisa ikut berpartisipasi….
ikut berpartisipasi dalam 60 earth hour 😀
mampirrrrrrrrr, speechless mo ngomentarin bapak penjual daging hehehe
Kita adalah makhluk yang kompleks, yang sering dikendalikan oleh emosi dan hawa nafsu setan. beda dengan hewan mereka hanya insting saja. 😀
seringkali, walaupun untuk hal sepele sekalipun, yang namanya berbuat baik itu susah… kalau berbuat onar sih aku sudah biasa, huahaha…
kl gak salah, komenku ini adalah komen ke 1205… hehehe sdh banyak sekali ya?
sesuatu yang kadang tak tersadari
kan ada pepatah yang bilang kuman diseberang lautan tampak,tapi gajah dipelupuk mata tak tampak.
Tahun kemarin phonank juga ikut berpartisipasi Earth Hour selama satu jam,, namun anehnya masyarakat dilingkungan tempat tinggal phonank masih saja banyak yang tidak tahu, atau bahkan tidak ikut serta,, hmm…
untuk kali ini, phonank juga akan ikut serta kembali untuk keselamatan dan kelangsungan bumi kita
Tuh pedagang banyak alasan. Perubahan itu dimulai dari diri sendiri. Kenapa mesti menyorot orang lain. Karena kalau sudah bicara jujur / tidak jujur, tanggungjawabnya langsung kepada Tuhan.
tukang daging gak inget ama dosa mengurangi timbangan malah membandingkan dengan kasus penggelapan yang lebih besar, orang dewasa yang tidak jujur seperti itu bagaimana mendidik generasi penerus berikutnya ya
membaca postingan illa diatas mengingatkan pada satu nasehat untuk tetap berlaku jujur dan benar walau kelihatan sulit, dan jika konsisten dengan ini insyaALLAH rejeki yg didapat bisa jadi barokah
oh iy mengenai 60 Earth Hour, dari pada repot2 minta orang matiin peralatan salama 1 jam, naga gak dari GI di shut down saja selama sejam, kan skalian mati semua toh 😀
*kidding*
nice post…
apdet juga tuh penjual daging kiloannya (haha)
tentang tawuran memang sudah menjadi tradisi, di sekolah XX di Kota YY juga demikian. Siswa kelas 1 yang baru masuk diberi pilihan.
Mereka dikasih pilihan ikut maju di barisan depan sebagai infanteri saat tawuran dengan sekolah lain atau milih dihajar sama seniornya seminggu sekali. Na’udzubillaah… –> cerita asli bukan rekaan dari seorang yang pernah mengalaminya.
(lmao) *terkaget saat sedang serius membaca ttg perilaku manusia, tau-tau ngebahas ttg listrik* 😛 But, that’s right Sist! Cara berpromosi yang unik, it’s so nice… nice… 😀 *peace ah* (worship)
insya Allah siap matiin lampu… asal kasus century juga dituntasih…looo apa hubungannya yaaa….:D
wah, nyambungnya jauh yah… langsung ke masalah Bumi, dari masalah moral. hehe.
Setujuuuu (rock) mari kita berpartisipasi in earthhour…..
itulah salutnya sama perusahaan listrik negara…tanpa dihimbau WWF pun mereka sering menghemat listrik tidak hanya 60 menit…
*siyul_siyul_langsung_disappear*
Semangat berbuat kebaikan2 dalam hidup, sip.
Dengan turut berpartisipasi, mudah2an menjadi salah-satu wujud kebaikan yang dapat kita lakukan 😀
hehehe.. mesti merk acaranya J**n Pant**.. iia kan mba?
oke,,oke., saya dukung penuh earth hour 2010..!
JOSSSS!!
selamatkan bumi ini, kan milik kita bersama ini
sekarang kita matiin lampu klo waktu tidur, perlu nih, mantaf2
Agak bias jadi dari ngomongin tawuran trus ke listrik hehehe…
Satu Jam untuk Bumi Yang Lebih Baik! Tahun lalu, setelah program ini selesai saya ikut nonton gratis film Ocean World yang diprakarsai WWF Indonesia yang salah satu acaranya adalah liputan EH. Dan memang hanya satu jam, tapi kalo dilakukan seluruh masyarakat dunia, it’s a WAW!
Tahun ini pengen bareng temen-temen mantau di Bundaran Indonesia saja 😀
Kunjungan ke blog teman…smoga hari ini menyenangkan yaa…
thanks yaa uda mau berbagi informasinya… 😀 salam hangat…
semua lampur dan lain lain udah gw matiin. soalnya malam ini mau melakukan perjalanan jauh he2
kayaknya saya nggak ikutan earth hour..
jatah matiin listrik udah dijadwal sama PLN
cerita mengenai pedagang daging. di sebuah pasar ikan di daerah saya pernah menanyakan keakuratan anak timbangan ngomongnya juga kayak gitu lho, bawa bawa korupsi. memangnya kalau orang lain berbuat salah kita boleh menirunya. pernah ada petugas yang akan memeriksa anak timbangan malah diacung-acungin golok (doh)
tanggal 27 ini khan earth our-Na. Ketinggalan sehari dunk ane. udah masuk tgl 28 skrg. Tapi td sempet lampu mati, mungkin konslet atau apalah.
mengawali sesuatu yang baik kan lebih baik….. so ayo…..
memang benar itu adanya, jaman sekarang orang hobi sekali mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikambing hitamkan lantas melupakan kesalahan sendiri 🙂 karena itupun contoh yang mereka dapatkan di dalam masyarakat.
Eh eh kok inget-inget Aa Gym juga.. Sama kayak postingkuuuuu dengan tema yang samaa… Tossss!!
Pedagang yang mengurangi timbangan buat keuntungan diri sendiri sama halnya dengan memelihara bara api di dalam perutnya. Kalo untuk hal-hal kecil saja nggak bisa jujur, apa lagi yang besar 🙁
semua kebaikan pasti menuai kebaikan dan perbuatan tercela tentunya panen ketercelaan. sudah merupakan hukum matematika yang tak terbantahkan namun sulit untuk mempraktekkan.
di surabaya tinggal di mana mbak?
ku di kedungtarukan baru 4b no 12.