Ada sebuah kisah yg pernah saya dengar…..
==============================================
Seorang murid pernah mendatangi gurunya, dan bertanya akan satu hal
”Guru, kenapa saya selalu dihinggapi masalah dalam hidup? Saya merasa tidak bahagia. Masalah yg berat itu selalu hadir, kadang saya merasa tidak sanggup lagi menghadapinya”
Bukannya menjawab, Sang guru malah kemudian membawa muridnya ke sebuah tepi telaga. Diambilnya segelas air dari telaga itu. Kemudian ia memasukkan segenggam garam ke dalam air gelas, dan meminta muridnya meminumnya.
”Apa yg kau rasakan?” tanya Sang guru
”Tentu saja sangat asin” jawab muridnya
Kemudian Sang guru melemparkan segenggam garam dengan jumlah yg sama ke dalam telaga, dan kembali meminta muridnya meminum air langsung dari telaganya.
”Apa yg kau rasakan?” kembali guru itu bertanya
”Biasa saja. Tidak terasa asin”
”Segenggam garam itu ibaratnya adalah setiap hal yg kau anggap masalah dalam hidup. Dan air itu adalah ibarat hatimu, bagaimana kau menerima setiap masalah. Jika hatimu diibaratkan berada dalam wadah yg kecil seperti dalam gelas itu, maka masalah memang akan terasa berat, seperti air yg tiba2 berubah asin. Namun lihatlah, ketika garam itu dilemparkan ke dalam sebuah telaga yg luas, ia tidak berarti apa2. Tidak ada perubahan dalam rasanya.
Maka, jadikanlah hatimu seperti telaga itu. Luaskan. Lapangkan hatimu. Dengan begitu, semua masalah tidak akan terasa apa2, dan kau akan tetap tenang menjalani hidup.”
===============================================
Saya sudah lupa pernah membaca atau mendengar kisah ini dari mana. Tapi ia terus terbayang2, dan selalu menginspirasi ketika saya merasa letih dengan semua ”masalah”.
Maka sahabat, mari luaskan hati kita untuk menampung setiap yg menjadi masalah. Garam dalam hidup itu akan terus ada, sepanjang hidup kita. Bukan dengan meniadakannya untuk menjadikan hidup kita lebih tenang. Tapi menghadapinya dengan cara yg tepat. Melapangkan hati kita dan ’berkawan’ dengan masalah itu
Sebab, hidup tanpa masalah itu juga adalah sebuah masalah kan? 😀
masalah adalah pembelajaran hidup untuk mendewasakan kita kedepannya (gym)
*masalah* tidak boleh dipecahkan, karena ia akan menjadi berkeping-keping dan semakin banyak kuantitasnya. Karenanya *selesaikanlah masalah* dengan tanpa menambah masalah lain.
biar bemana pun kita tetep perlu yg namanya garam 😀
ketika kita ikhlas dan berjalan sinergis dengan semesta, masalah2 akan terasa biasa saja karena masalah juga bagian dari semesta. *sok keren yah komennya* 😆
Biar bagaimanapun keikhlasan dan kelapangan hati adalah modal kita untuk bisa hidup tanpa rasa was-was dan kecemasan.
Lebih indah rasanya bila keikhlasan bisa selalu menyertai hati kita
nah tu dia yg sulit bu’, ngelapangin hati,,,,
klo aja bisa, dijamin deh bisa enjoy ngejalanin hidup,
masalah bikin hidup lebih hidup….iklan.mode.on
salam kenal dr mbak Oyen
wah mantap ,bentul kita perlu melapangkan jiwa karena masalah hidup terlalu kompleks……. bisa puyeng tar…. salam kenal
makasih..lumayan menenangkan hatiku yang rusuh..
memang kita perlu bermimpi,
waduw…. salah kirim oyyyyyyyyyy hahahhah sori
🙂 Tanpa masalah, bukan hidup namanya. Dengan berbagai macam kerumitan masalah yang menghadang, ditingkahi galaunya hati, peliknya situasi, kita ditantang untuk berpikir tepat, bersikap tepat, dan bertindak tepat. Itulah hitup… menjalani semuanya dengan ikhlas dan penuh keyakinan akan janjiNya. “Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha…”
kalo yg maya tahu, syair arab ada yg persis dgn cerita ini, kebetulan bgt kemarin mbak abis belajar syairnya. bunyinya :
dia adalah seseorang
yang sekuat apapun kamu mencerca dan menghinanya
maka semua itu tak meninggalkan bekas di dirinya
seperti lautan
sebesar apapun kerikil yg kau lemparkan ke dalamnya
itu takkan meninggalkan bekas apa-apa.
heheheh…moga aja kita bisa seperti lautan y^^
masalahnya…telaga mana sih yang masih layak diminum airnya begitu saja?
atau
scene dimana sang Orang Bijak merebus dulu air telaga tersebut di-cut?
(ah…ini dia masalah seorang pradna)
sepertinya pernah baca mbak di blog lainnya. hehe… sip, masalah memang harus ada, karena itulah kehidupan.
uhm..meluaskan hati, melihat masalah dengan cara lain..bisa jadi masukan bagus nih @illa
Yup, benar sekali. Hanya mengubah cara pandang kita terhadap masalah yg bisa meringankan langkah kita dalam mengarungi hidup.
Illa, aku udah jawab pertanyaan kamu kapan hari disini ya: http://curhatfanda.blogspot.com/2010/02/hasil-berburu-buku-dan-cd.html
kalo lagi ada masalah…salah satu obat yang ampuh adalah…..”nyampah” di blog sendiri…fufufuufuf…:lol:
masalah itu hanyalah proses pendewasaan jiwa
mampir ke telaga dulu ah
memang ukuran sebuah masalah diukur dari kemampuan untuk memikulnya, teras berat jika hati kita sempit dalam menyikapinya.
iya, serupa, saya juga tidak ingat dimana pertama kali baca/dengar cerita itu..
tapi rada gak sreg aja kalau luas air (segelas/setelaga) dijadikan perumpamaan kelapangan hati.
sy jg pernah baca tulisan di sebuah blog , isinya mirip2 seperti ini. coba cek di http://asrulku.wordpress.com/2008/10/17/hati-dan-danau/
hidup tanpa masalah juga sebuah masalah? hmmmm…jleb! hehehe…
hmm.. perumpamaannya kok garam ya? kenapa gag gula ya? :p
mampir lagi ahhhhhh
lapangkan hati dan pikiranmu niscaya kamu akan bahagia *kata ustadzku*
tapi terkadang susah yah, sering berpikir kalo masalah kita yang paling berat dah rumit sedunia. Kalo dah gini cara untuk melapangkan hati memang kembali kepada-Nya, insyaallah dilapangkan hati kita. amien
sayah mah ga mau seperti telaga.
maunya seperti sungai yang senantiasa mengalir.
asal ga kaya sungai2 di Indonesia sih. yang jadi kumuh dan tempat boker orang sekampung…
saya pertama kali membaca kisah ini ketika mengikuti pelatihan kepemimpinan di SMA saya sekitar 4 tahun yang lalu, sungguh sangat menginspirasi pun ketika saya membaca nya berulang-ulang.
terkadang yang membingungkan hati saya adalah seberapa kuat kita mampu menjadi telaga? dalam pengembangan diri saya, sudah banyak saya baca dan aplikasikan mengenai berjiwa besar dalam menghadapi masalah tetapi akhirnya saya memahami bahwa yang membuat kita dapat menjadi telaga adalah menerima setiap kelemahan dan kelebihan kita dan mensyukuri apa yang kita miliki saat ini.
saya save saja mbak artikelnya biar bisa dibaca ulang untuk memotivasi saya dan menjadikan saya lebih berlapang dada menghadapi persoalan hidup.
Cerita yang sangat bagus dengan moral yang baik