”…Kabura maqtan ’indallahi an taquulu maa laa taf’aluun…”
Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa2 yg tidak kamu kerjakan
Tiba-tiba saya teringat akan penggalan ayat ini. Tentang kemurkaan Allah ketika hamba-Nya mengatakan apa yg tidak dilakukannya. Ketika menyerukan untuk berbuat sesuatu yg justru diingkarinya. Allahu Rabbi… Ampuni kami. Jauhkan kami dari sifat tersebut.
Bermula dari sebuah cerita. Let’s say namanya Ida dan Adi. (standar beutt yakz?) Saya bingung bagemana menjelaskan bentuk hubungan mereka. Tapi Let’s make it simple. Menurut Ida, Adi telah berbuat sesuatu yg tidak semestinya. Sekali lagi, ini menurut Ida. Dan Ida menegurnya. Memintanya untuk tidak seperti itu lagi. Oke, sampai disini no problemo. Tapi menjadi sebuah masalah ketika Adi merasa tau betul kapasitas seorang Ida, dan merasa heran kenapa Ida bisa berkata se-garang ituh.
(Heyy, do you realize with what you’re doing? Look at your self!!)
Hyeahh… mungkin seperti itu tag line yg ingin disampaikan si Adi. Dia tidak mengatakannya secara gamblang siy, but I can get it. Semoga saya tidak salah mengambil kesimpulan
Dan kemudian menjadi semakin rumit buat saya ketika saya mengetahui semuanya. They all let me know the problem, hanya dengan rentang waktu yg tidak terlalu lama. O-em-ji, apa saya terlihat seperti seorang problem solver? Rasanya tidak. Tapi mengapa mereka membuat saya tahu? Saya paling tidak bisa mengetahui sesuatu and then do nothing. But what? What should I do?
Oke oke. Kembali ke topik. Sebenarnya apa yg dikatakan oleh Ida adalah benar. Sungguh, saya tidak bisa membantah apa yg dikatakannya. Tentang sebuah kondisi yg semestinya. Dan bagaimana kondisi itu tidak terjadi dengan sikap Adi (saya harus menegaskan berkali-kali bahwa ini menurut Ida). Tapi saya pun susakh untuk tidak bersepakat dengan Adi dalam hal menilai seorang Ida. Totally, ini bukan Ida buanget. Wajar kiranya ketika Adi merasa sedikit (ehm…) tersungging dengan apa yg dikatakan oleh Ida, terlebih ketika yg mengatakan itu adalah Ida, which is dy tau betul Ida itu kek gimana. Ugh…
Intinya adalah, menurut Ida, si Adi telah melakukan sesuatu di luar kewajaran, dan Ida menegurnya. Sayangnya, cara Ida pun terlalu ekstrim, dan akhirnya membuat Adi dan temannya menjadi tersungging.
Temans, bagemana baiknya menurut kalian?
Well, all I can say is…. Twolong, selesaikan dengan baik, dan jangan membuat saya berada dalam posisi sulit seperti ini. Saya menyayangi kalian berdua. You should know that…
Pelajaran moral kali ini :
- Menyampaikan sesuatu hal yang baik semestinya dilakukan dengan cara yang baik pulak 🙂
- Orang bilang mulutmu harimaumu. Berhati2lah dengan setiap yang Anda ucapkan. Pikirkan terlebih dahulu.
- Kembali ke ayat Al-Qur’an diatas. Jangan sampai kita menyampaikan sesuatu yg tidak kita lakukan. Naudzubillah min dzalik
- Kita harus siap dengan segala penilaian orang lain terhadap kita. Apapun itu. Yang paling menyakitkan sekalipun.
- Ini yang paling penting : JANGAN SUKA BEGADANG, La!!! [palagi cuman wat postingan kek gini >.<]
Tidak. Gambar ini tidak ada hubungannya dengan isi postingannya. Cuman mw mengingatkan diri sendiri kalo posting ini di tengah malam menjelang pagi, hehehe... :gapenting:
Gimana ya mba…kalo saya sendiri seh biasanya kayak Ida tadi,kalo nggak enak di hati dan itu salah,ya bilang ajah.Emang seh suka nggak enak pas udahnyah…
Ida ( dan sayah ),harus lebih bisa bersabar lagi buat kedepan nyah kali yak ?
nasehat-menasehati ndak harus nunggu seseorang menunggu seseorang melakukan / meninggalkan apa yang dinasehatkan. Karena sapa tau dengan memberi nasehat seperti itu :
1. Yang memberi nasehat jadi dapat motivasi dan hidayah untuk melakukan apa yg dinasehatkan.
2. Yang memberi nasehat sudah melaksanakan apa yg dinasehatkan sementara kita belum tau dia sudah melaksanakannya.
Kecuali kalo memberi nasehat ini sudah dia jadikan komoditas dengan “harga yang murah”.
Kita diperintahkan untuk memperhatikan dan melaksanakan nasehat yang baik, dan tidak dibebani apakah si penasehat itu sudah melaksanakannya ato belum. Ini masuk wilayah hak penilaian Allah.
Kalo ndak begini, khotib2 Jumat itu ndak bakal didengar dan diamalkan khotbahnya karena kita sibuk meneliti apakah sang khatib sudah melaksanakan khotbahnya 😉
wallahu’alam bishowab.
sebenarnya, hal ini tergantung sedekat apa hubungan pertemanan ida-adi. maksudnya, jika mereka bersahabat dekat, gak masalah jika ida menegur, karena justru itu gunanya sahabat…dan adi seharusnya gak usah tersinggung karena yang menegur adalah sahabat sendiri…
tapi untuk hal yang sensitif,, memang ada baiknya jika teguran dilakukan dengan santun, atau kalau bisa dilakukan sambil bercanda 🙂
baru sempet mampir dimarih ^^.
hm… kalo masalah nasehat menasehati, kalo menurut saya sih, nasehat bisa dateng dari siapa ajah, even orang yang paling berdosa di dunia ini. dan balik lagi ke kitanya sebagai orang yang dinasehati bisa mencerna nasehat yang diberikan atau menyangkalnya karena melihat si penyampainya.
mungkin cara penyampaian si Ida salah, terlalu frontal, tapi dia udah mengingatkan. Dan si adi yang berusaha diingatkan kalo dia dapet inti dari kata2 si ida, ya seharusnya sih bisa menyikapinya dengan baik, kaga usah pake tersinggung2 kaliii :p
Cuma ingin merenungkan diri ini apakah sudah menjalankan dengan baik apa-apa yang kita sampaikan? 🙁
no comment, cuma baca sambil manggut2
*no comment bede, baru ada ji na tulis* :p
speechless…ayat ini selalu terngiang-ngiang di kepala…
kalau menurut sayah..
illa jadian ajah ama Adi. terus Ida, which is tiba-tiba patah hati. coba gitu dikenalin ke sayah. siapa tau cocok..
semoga membantu…
*keknya sama sekali ga ngebantu yah? *
jgn boong gtohh????
*dongdongdongdong…*
“pakai bahasa diplomasi” begitu nasehat bapak dulu. (saya masih ingat waktu itu; saya, ndang dan bapak lg nonton kasus bulog gate di tv. para demonstran dan tokoh lsm mencaci maki dengan sangat vulgar salah satu tokoh nasional yg dianggap terlibat kasus tersebut. mendengar itu, bapak berujar: “dia (si tokoh) tidak akan mengakui kesalahannya. malah bisa jadi dia akan berbalik melawan”. dan terbukti memang…..
Kok pake nama ida seh?
potongan kisah ida dan adi smoga jadi fragmen yg bs menjadi nasihat buat org banyak dan bahan evaluasi
:idadanadinamaygtakasingbagiku:
napa pake namaku sihh??? bayar!!