”dia memilih untuk mundur, La.”
”siapa?”
”siapa lagi? Orang itu…. yang pernah sy ceritakan”
”ha??? Maksudnya?”
”Iya. Dia ngomong tadi malam. Nelpon aku”
”jadi?”
”ya begitulah………..”
”ckckck… trus kamu bilang apa?”
”Mo bilang apa lagi? It’s his own decision”
”………………… how do you feel sista?”
”you know me well, La.”
”hhh……………”
Untuk beberapa saat tidak ada pembicaraan yg tercipta. Saya tidak bisa ngomong apa2. karena saya pun tidak tau. Sampai akhirnya dengan lirih dy berucap
”laki-laki memang mungkin seperti itu ya, La”
Aku semakin tak tau mesti menanggapi apa. Akhirnya kuputuskan untuk mengalihkan pembicaraan.
Laki-laki memang mungkin seperti itu. Pernyataan itu masih saja trus menggelayuti pikiranku. Seperti apa ya maksudnya? Tetapi aku terlalu takut bertanya padanya dan semakin membuatnya terluka. Aku saja sakit mendengar kabar ini. Apalagi dia yang merasakannya.
Demi perasaan sahabatku, ingin kuteriakkan padanya bahwa dia sedang tidak bermain-main dengan benda mati. Yang baru saja ia lakukan adalah melukai perasaan seorang wanita. Makhluk yang sangat dimuliakan oleh Allah. Mustinya dia lebih tau soal ini.
Untuk semua luka yang dirasakan temanku, ingin rasanya aku mengingatkannya untuk kembali berpikir sebelum bertindak. Bahwa a man valued by his words. Bahwa laki-laki yang kata-katanya tidak bisa dipegang itu gak ada apa-apanya bagi seorang perempuan. Bahwa mestinya dia tidak mengumbar kepada seluruh dunia (termasuk kepada temanku) sesuatu yang dia sendiripun belum yakin akan hal itu. Bahwa dia gak bisa dengan seenaknya datang dan pergi sesuka hati, and then say sorry. Bahwa mestinya……….
Sahabat, apa pun yang kukatakan mungkin tak akan mampu mengobati luka hatimu. Namun selalu kudoakan agar kekuatan selalu menyertaimu. Kau perempuan yang kuat. Lebih kuat dari apa yang mampu aku katakan. Tempaan hidup telah membentukmu menjadi seperti ini. Ibu yang meninggalkan disaat kau tumbuh remaja. Kasih sayang yang kerap kali kau keluhkan tak kau temukan dirumahmu, hingga kau pernah berpikir untuk minggat. Namun sekarang kau mengaku merindukannya. Betapa uniknya dirimu. Sahabat, percayalah. Sang Maha Pemberi tengah menyiapkan bingkisan terbaik untukmu. Special hanya untukmu.
Masih sangat banyak yang ingin kutuliskan tentangmu. Untuk menggambarkan betapa bahagianya aku menjadi temanmu. Menjadi orang yang mendengar ceritamu (yang sebagian begitu inspiratif dan sebagian lainnya terdengar begitu konyol^_^) Apa aku menulis biografi saja tentangmu? Ah… kurasa kaupun belum cukup terkenal untuk itu, hahhah….
Kepada sang tersangka, mohon maaf, jemari ini tak dapat menahan gerakannya di atas keyboard untuk menuliskan ini. Apapun itu, saya akan tetap menghormati Anda. Semoga.